Anak Menjadi Sosok yang Pengadu? Bisa Jadi Ini Adalah Penyebab Utamanya!
Pada anak usia 3-4 tahun, kondisi emosi anak masih egois, mereka akan mengadu kepada orang tuanya menurut sudut pandang yang menurutnya benar. Karena pengaduan mereka memiliki kalimat berasumsi negative, maka tidak tepat jika mengadu dikatakan sebagai latihan komunikasi si kecil. Maka dari itu, Bunda harus tahu penyebab dan cara mengatasinya agar anak tidak jadi tukang adu. Dikutip dari web ayahbunda, begini penyebab dan cara mengatasinya:
1. Manipulatif
Sisi jahil anak yang sering muncul bisa membuat ia mengadukan seseorang untuk dijadikan korban. Biasanya si anak ini merasa kesal atau tidak suka pada seseorang sehingga ia perlu mengadukan hal yang cenderung merugikan ‘korban’ aduannya.
Jadilah ia memanipulasi keadaan sehingga Bunda akan memarahi si ‘korban’. Karena ini tentu tak baik, cara mengatasinya adalah meminta orang sekitar untuk dapat menerima keadaan si kecil. Bisa jadi si kecil merasa dikucilkan dan sering diejek karena bisa jadi factor manipulasi ini akibat dari kurang diterimanya si kecil oleh lingkungan sekitar.
2. Cari perhatian
Pada masa ini, si anak yang masih diliputi emosi egois ini akan masuk ke dalam tahap pengenalan. Ia ingin dunia tahu keberadaannya dan ingin menjadi pusat perhatian. Ia merasa Bunda akan langsung mendengarkan saat si kecil mengadu. Bahkan beberapa Bunda akan langsung menghakimi seseorang yang disebut dalam aduannya.
Tidak peduli si kecil merasa sakit atau tidak, yang penting bagi si kecil ia merasa diperhatikan. Satu-satunya cara untuk menghentikan anak untuk tidak menjadi tukang pengadu adalah untuk menahan diri Bunda agar tidak langsung menghampiri seseorang yang disebut anak. Anda bisa menghampiri anak yang disebut si kecil tanpa nada marah setelah mendengarkan semua informasi si kecil.
3. Minta Bantuan
Salah satu alasan positif ketika anak mengadu adalah ketika ia ingin mendapat bantuan. Misalnya ketika ia merasa ditolak oleh temannya saat ingin bermain bersama. Solusinya adalah Bunda tak harus langsung memberi si kecil solusi. Cukup dorong si anak untuk memecahkan masalahnya dengan menanyakan pendapatnya untuk menyelesaikan masalahnya sendirian.
4. Meniru
Pada usia balita, si anak adalah peniru yang ulung. Bahakan mereka dengan mudah mencopy-paste kalimat seseorang. Karena sifatnya itu, mungkin tanpa sadar Bunda pernah mengancam si anak untuk diadukan ke ayah ketika si anak tidak mau makan. Akibatnya, kebiasaan Bunda tersebut sangat mudah ditiru anak. Untuk mengatasinya, hindari untuk mengancam untuk mengadukan perilaku si anak pada ayah ketika sedang bandel.
5. Bentuk protes
Untuk hal ini, mungkin bisa disebut positif juga. Pada usia ini, si kecil mungkin sudah banyak pahan tentang aturan sederhana dalam hidup, misalnya saja harus membuang sampah pada tempatnya. Anak akan mengadu ke Bunda ketika seseorang membuang sampah sembarangan karena ini sebuah bentuk protes karena pelanggaran seseorang. Hal ini dikarenakan si kecil juga ingin orang tersebut mengikuti aturan yang sama dengan yang dia lakukan. Untuk mengatasinya, cukup beri dukungan dan ajak si kecil untuk menegur ‘tersangka’ agar mengikuti aturan yang berlaku di rumah.