Inilah Dampak Negatif Jangka Panjangnya Jika Anak Melihat Orangtua Bertengkar!

Orang-tua-berantem-anakDalam kehidupan pernikahan, adanya perbedaan pendapat dengan pasangan merupakan hal yang biasa. Namun demikian, jangan sampai anak melihat orang tuanya saling bertengkar di depan mereka. Karena hal tersebut memiliki dampak buruk jangka panjang yang benar-benar tak bisa dihindarkan.

Seorang psikolog bernama E. Mark Cummings, PhD dari Universitas Notre Dame menyatakan bahwa perkelahian orang tua bisa berdampak pada anak di segala usia. Soal perkelahian orang tua, tidak ada istilah bahwa anak tidak akan terdampak jika ia masih sangat kecil maupun sudah dewasa. Inilah dampak buruknya:

Rasa bersalah

Anak yang usianya lebih dewasa akan merasa bahwa dia bertanggung jawab atas pertengkaran yang terjadi di antara kedua orangtuanya. Terlebih lagi jika ia mengetahui bahwa sumber pertengkarannya ada hubungannya dengan anak. Misalnya, tentang sekolah, rumah berantakan, maupun tingkah laku anak yang dianggap memicu pertengkaran. Anak akan membangun sensitifitas emosinya dengan suka menyalahkan diri sendiri dan tekanan emosional lainnya.

Perkembangan otak terganggu

Eamon McCrory, Ph.D., dari University College London mengatakan bahwa anak yang melihat orangtuanya bertengkar di depannya maupun melihat ibunya mengalami kekerasan dalam rumah tangga ternyata memiliki pola otak yang sama dengan tentara di medan perang. Otak anak usia 11 tahunan akan terdampak pada bagian cerebellums kecil yang berhubungan dengan regulasi stres dan pengembangan sensorik. Anak di bawah usia tersebut tidak dapat sepenuhnya memproses situasi sosial yang kompleks. Ledakan emosional bisa memberi kenangan negatif jangka panjang pada anak.

Depresi dan gangguan kecemasan

Anak yang melihat orang tuanya bertengkar akan sulit untuk memproses emosinya sehingga ia rentan mengalami depresi maupun gangguan kecemasan. Profesor C. Cybele Raver dari Universitas New York Steinhardt menyatakan bahwa dampak tersebut juga menyangkut neurobiologis, kognitif, dan perilaku anak. Penelitiannya telah melibatkan 1025 anak usia 2 bulan sampai 58 bulan. Dalam penelitian tersebut, ia tak hanya mengkaji soal dampak negatif jika anak melihat orang tua bertengkar, namun juga keterkaitannya dengan kemiskinan.

Kepercayaan diri yang rendah

Rumah seharusnya menjadi tempat paling nyaman dan aman untuk anak-anak. Jika hal tersebut tidak didapatkan oleh anak, maka mereka akan merasa bingung. Alih-alih sibuk membangun kepercayaan diri mereka, anak-anak akan sibuk untuk mewaspadai dunia sekitar mereka. Saat ia dewasa nanti, ia juga akan takut untuk membangun kehidupan keluarganya sendiri. Apalagi jika saat mulai pacaran, dia juga mengalami kekerasan fisik, verbal, dan non verbal.

Rentan stres dan gampang sakit

Anak yang hidup dengan orang tua yang sering bertengkar cenderung akan lebih stres dan gampang sakit daripada anak-anak yang tinggal bersama keluarga yang hidup harmonis. Kualitas tidur yang buruk dan produksi hormon stres berupa cortisol ikut andil dalam lemahnya daya tahan tubuh anak. Jika ingin anak memiliki mental yang sehat, ada baiknya orang tua menghindari pertengkaran di depan anak. Jika itu tak terhindarkan lagi, maka beri contoh pada anak bagaimana penyelesaian masalahnya dengan baik.

Jika anak melihat bagaimana orang tua menyelesaikan masalahnya, anak akan menjadikan orang tua sebagai role modelnya bahwa sekalipun seseorang beda pendapat, mereka tetap bisa hidup damai dan saling mencintai. Orang tua yang memberikan penjelasan pada anak perbedaan pendapat mereka tentang sesuatu juga akan membuat anak tumbuh dengan pemikiran yang lebih dewasa. Karena ia akan belajar perspektif yang berbeda dan memperhatikan bagaimana jalan keluar dari masalah tersebut.

Namun, anak akan mengalami kebingungan jika orang tua justru meminta anak untuk berpihak kepada salah satu dari mereka. Jika itu dilakukan, anak akan menumbuhkan kebencian di dalam dirinya, alih-alih belajar untuk meredam konflik yang ia hadapi. Memang dibutuhkan kebijaksanaan orang tua dalam mengelola emosinya ketika sedang tidak akur dengan pasangan, karena disitulah kunci pembentukan karakter anak, terutama yang berkaitan dengan kesehatan mentalnya. Jika anak mengalami trauma karena pertengkaran orang tuanya, terapi psikologis akan dapat membantu mengurangi dampaknya di masa depan.