Saat Balita ‘Naksir’ Teman Sebayanya, Bagaimana Tindakan Orang Tua?

Wajar tidak, bila si kecil tiba-tiba bilang kepada Bunda bahwa si kecil memiliki “pacar”? Anda pasti akan berpikir macam-macam, “kok kecil-kecil sudah mengalami cinta monyet dengan cepat?” atau “apakah anak zaman sekarang mengalami cinta monyet dini?” Bunda mungkin mengakui bahwa Bunda pernah mengalami cinta monyet, tetapi tidak sedini ini.

balita naksir teman

Dan lagi, si kecil lebih sering ‘jalan’ atau bermain dengan teman sebayanya yang ditaksir. Daripada berpikir aneh-aneh dan khawatir, 3 tips yang dikutip dari web the Asianparent wajib Bunda lakukan;

1. Jangan khawatir, jika balita bilang naksir sama temannya, itu hal yang wajar

Pada masa balita, balita cenderung meniru dan mempraktikkan apa yang dilihat dan didengarnya. Mereka peniru yang hebat, itu tidak bisa dipungkiri. Mereka bisa saja meniru orang-orang yang dilihatnya setiap hari, misalnya kehidupan rumah tangga Bunda atau apa yang ada di televisi.

Kebanyakan, mereka akan meniru dengan bermain rumah-rumahan, berperan sebagai pekerja kantoran, dokter atau lainnya sebagai ‘profesi’ mereka, boneka sebagai anak dan lawan jenisnya sebagai suami atau istri.

Biarkan seperti imajinasinya. Kerap kali terdengar kata pernikahan dari mulut si kecil, itu pun tak apa karena si kecil bahkan tak tahu arti dari kata pernikahan sendiri. Itu hanya murni menirukan apa yang didengarnya di rumah atau di televisi.

2. Memahami

Dari pada melarang, lebih baik Bunda mendengarkan cerita si kecil tentang teman yang ditaksirnya. Sebab perasaan yang dialami anak tak bisa dicegah, sekalipun dijauhkan si anak akan tetap menyukai orang tersebut.

Semakin dilarang, si anak akan lebih merasa penasaran. Si kecil pun bahkan bisa merasa kecewa terhadap orang yang disukainya dan yang bisa Bunda lakukan adalah memberinya saran untuk si kecil. Dengan ini anak akan belajar nilai kebaikan, alasan mengapa menyukai satu orang saja dan belajar mengenai relasi. Bunda akan memahami apa saja yang membuat anak marah, kecewa, senang dan lain-lain.

3. Memperhatikan dengan peka

Balita lawan jenis yang bermain bersama-sama memang terlihat lucu. Tapi yang Bunda harus pahami adalah bagaimana jika si kecil menirukan adegan televisi yang seharusnya tidak patut dicontoh. Bunda tetap[ harus memperhatikan peran ‘pacar’ yang sedang dilakukan si kecil.

Akan lebih baik bila si kecil diberi pengertian mana anggota tubuh yang boleh disentuh atau tidak. Jika hubungan anak dengan teman sebayanya menunjukkan tanda yang tidak sehat, Bunda perlu mengedukasi anak.

Hati-hati bila si kecil juga menyukai orang lebih tua darinya karena tidak semua orang akan baik terhadap si kecil. Yang penting tetap tenang namun waspada, memahami dan peka terhadap perubahan apa pun yang terjadi pada anak Bunda.