5 Cara Pola Asuh Ini Akan Menghasilkan Anak Yang Bahagia, Sukses dan Kooperatif
Memiliki seorang anak adalah anugerah terbesar sekaligus menjadi PR terbesar di dalam hidup. Bagaimana tidak, sebagai orangtua kita harus bisa membesarkan anak dengan baik dan tepat agar hasilnya pun sebaik yang diinginkan. Membesarkan anak memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, ada berbagai masalah yang sering timbul seperti halnya dalam hal pola pengasuhan anak.
Lingkungan tempat tinggal dan keadaan keluarga menjadi salah satu faktor yang sering menjadi penyebab sebuah pola asuh tidak berjalan dengan baik, namun di balik itu semua ada beberapa hal penting yang perlu Anda ketahui dalam membesarkan anak agar mereka menjadi anak yang bahagia, sukses juga memiliki sifat kooperatif di kemudian hari. Hanya dengan 5 cara berikut ini, Anda bisa mendapatkan hasil pola asuh yang gemilang.
1. Membaca tingkah laku anak
Setiap tingkah laku yang dilakukan oleh anak-anak, memiliki pesan tersembunyi yang harus bisa Anda pecahkan. Misalnya saat mereka menangis, Anda harus mencari tahu apa yang menjadi faktor penyebab mereka menjadi menangis. Membuat mereka menjadi diam atau tidak menangis bukanlah solusi yang tepat, tetapi mendekati mereka dengan kasih sayang dan mencoba mengerti apa yang mereka rasakan akan menjadi jalan bagi Anda menemukan masalah dan solusi terbaiknya.
Tingkah laku anak-anak yang sering membingungkan orangtuanya selain menangis di antaranya seperti saat mereka menjadi murung, marah, tidak peduli sesama dan merasa seperti ketakutan. Ekspresi dan tingkah laku mereka selalu memiliki pesan yang terkadang tidak bisa diungkapkan melalui kata-kata. Solusi terbaiknya adalah mengenali dan membaca apa yang mereka ekspresikan.
2. Kenali sifat alami anak
Anak-anak memiliki sifat alami yang berbeda dengan anak lainnya sekalipun mereka kembar. Lantas, bagaimana kita bisa mengenali sifat alami anak? Sifat alami anak terbagi menjadi 4 tipe yang bisa Anda kenali melalui ciri-cirinya yang disebutkan di bawah ini:
Tipe 1: Anak yang mudah bergaul. Tipe anak ini biasanya memiliki kecenderungan mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, gerakannya tidak teratur dan tidak mau diam. Mereka membutuhkan sosok orangtua yang menyenangkan karena sifat mereka yang selalu ingin bersenang-senang. Tipe anak ini biasanya dikenal sebagai anak yang periang, ramah, dan baik hati. Namun anak-nak tipe ini juga sering dinilai sebagai anak yang hiperaktif, tidak mau diam dan tidak mudah dipercaya oleh orang lain.
Tipe 2: Anak yang sensitif. Anak-anak yang memiliki sifat sensitif cenderung menggunakan emosinya dalam bersosialiasi dengan orang lain. Mereka biasanya memiliki sifat yang cerdik, bijak dan pemikir yang keras, karena segala sesuatunya harus dipikirkan dengan matang sebelum bertindak. Dalam kehidupannya mereka hanya akan mencari orang-orang atau keluarga yang dianggapnya memiliki sifat yang cocok dan mampu menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Mereka dikenal sebagai anak yang sopan, baik hati, sabar, lemah lembut dan selalu berhati-hati sebelum bertindak. Tak jarang jika anak-anak dengan tipe ini dinilai sebagai anak yang pemalu dan hipersensitif (memiliki perasaan yang sangat peka).
Tipe 3: Anak yang rajin. Tipe anak-anak ini lebih banyak bersosialisasi dengan dunia luar secara fisik, mereka aktif dan sangat ulet. Mereka membutuhkan pengalaman baru dan dukungan orangtua juga orang-orang di sekitarnya. Tipe ini dideskripsikan sebagai anak-anak yang sibuk, energik, gigih. Tak jarang mereka juga dinilai sebagai anak-anak yang kuat, gigih dan banyak permintaan atau tuntutan.
Tipe 4: Anak yang serius. Tipe ini berbeda dengan tipe anak yang rajin, mereka selalu menganggap sesuatu hal dengan serius. Mereka berhubungan dengan dunia luar melalui kecerdikannya, terkenal sebagai orang yang terpelajar, jujur, dan sangat teliti dalam bertindak. Tipe ini senang kepada orang-orang yang bisa menghargai terhadap apapun terutama dirinya. Mereka dikenal sebagai orang yang sangat cermat, terperinci, tepat guna dan juga analitis, sehingga dinilai sebagai orang-orang yang kritis dan mengetahui segala hal.
3. Menafsirkan amarah anak (tantrum)
Temper tantrum adalah suatu letupan amarah anak ketika mereka menjukkan kemandirian dengan sikap negatifnya. Umumnya tantrum dialami oleh anak usia baita yakni sekitar usia 2-4 tahun. Tantrum terjadi karena anak-anak memiliki keinginan yang tidak terpenuhi, mereka tidak mengenal konsep nanti atau menunggu atas pemenuhan keinginannya dan yang mereka kenali hanya harus segera terpenuhi saat itu juga. Ketika keinginannya terasa tidak terpenuhi tersebutlah mereka menjadi tidak puas dan frustasi, merasa lepas kendali dan menjadi kacau, bingung dan berantakan. Jika anak Anda mengalami hal demikian, tanyakan kepada diri Anda sendiri dan mulai membuat perubahan.
Tipe 1
- Apakah anak-anak merasa terlalu dikekang?
- Apakah anak-anak terlalu banyak menghabiskan waktu sendiri?
- Apakah ada sesuatu di dalam kehidupan anak yang terlalu dianggap serius?
Tipe 2
- Apakah anak-anak merasa dikekang atau tidak didengarkan?
- Apakah setiap rencana atau pendapat mereka selalu mendapat penolakan?
- Apakah ada sesuatu di dalam kehidupan mereka yang terlalu intens atau kuat?
Tipe 3
- Apakah anak-anak tidak memiliki cukup ruang untuk bergerak secara fisik?
- Apakah anak-anak sering berkata “Tidak” belakangan ini?
- Apakah ada sesuatu hal yang membuat mereka merasa terbebani dalam kehidupannya?
Tipe 4
- Apakah anak-anak merasa perlu untuk lebih dihormati?
- Apakah anak-anak membutuhkan waktu sejenak utnuk berpikir dan fokus?
- Apakah di dalam kehidupannya ada sesuatu hal yang membuat mereka merasa memalukan?
4. Cobalah lebih Intutif, bukan Reaktif
Tipe 1: Jadilah orangtua yang bisa menyenangkan untuk anak, berikan fasilitas atau kemudahan anak untuk bergaul dengan teman sebaya dan lingkungannya, dan jangan lupa berikan kejutan-kejutan yang menyenangkan kepada mereka.
Tipe 2: Cobalah untuk selalu menghibur mereka, meyakinkan dan memberikan rasa aman. Berikan waktu kepada mereka untuk bisa santai dan senang-senang, jangan lupa dekati mereka dan gandeng dengan kasih sayang.
Tipe 3: Besarkan hati mereka dan biarkan mereka bergerak cepat. Mungkinkan mereka untuk bisa berpetualang.
Tipe 4: Hormati otoritas mereka sebagai anak-anak, dukung mereka dan jadilah pendengar yang baik saat mereka bercerita.
5. Nikmati pola asuh dengan perasaan gembira
Inilah tahap akhir yang harus Anda lakukan, nikmati semua proses pola asuh dengan perasaaan gembira dan sukacita. Hindarkan banyak faktor yang mungkin hanya akan mengganggu kesenangan Anda bersama anak-anak seperti gadget, kehawatiran akan rumah yang menjadi berantakan, dan sebagainya. Nikmati masa-masa ini menjadi masa terbaik seperti saat Anda menjadi anak-anak.