Ali Sastroamidjojo – Sutradara Dibalik Terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika di Bandung

Ali-Sastroamidjojo-350x290Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika atau yang sering digaungkan dengan singkatan KAA pernah dilangsungkan di Gedung Merdeka, Bandung pada tanggal 18-24 April 1955. Konferensi ini merupakan sebuah pertemuan antara negara-negara Asia dan Afrika yang baru saja memperoleh kemerdekaannya. KAA sendiri diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, India dan Pakistan yang dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario dengan tujuan untuk melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet dan negara-negara imperialis lainnya. Dalam beberapa hari ini, peringatan Konferensi Asia Afrika juga akan diselenggarakan di Bandung yang akan berlangsung mulai tanggal 23-26 April 2015.

Jika mengingat peristiwa KAA, kita tidak akan lupa akan peran seorang Perdana Menteri sekaligus ketua umum KAA pada saat itu yang dijabat oleh Ali Sastroamidjojo, S.H. Pria kelahiran Grabag Magelang, 21 Mei 1903 ini merupakan seorang tokoh politik pemerintahan dan Bapak Bangsa Indonesia yang terkenal akan kiprahnya dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada masa awal pemerintahan Indonesia yang baru ia ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, ia juga merupakan Duta Besar pertama Indonesia untuk Amerika yang mengawali membuka perwakilan di negeri Paman SAM.

Ali mendapatkan gelar Messter in de Rechten (sarjana hukum) dari Universitas Leiden, Belanda tahun 1927. Ia juga merupakan Perdana Menteri Indonesia ke-8 yang sempat menjabat selama 2 periode. Selain itu, Ali sempat menjabat sebagai wakil Menteri Penerangan, Menteri Pengajaran, dan Wakil Ketua MPRS.
Ali Sastroamidjojo juga tercatat pernah menjabat sebagai wakil ketua delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda tahun 1948, dan menjadi anggota delegasi Republik Indonesia dalam perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB). Setelah diakuinya kedaulatan atas Republik Indonesia, Ali diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko tahun 1950-1955. Ia juga diangkat menjadi ketua umum Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 dan wakil tetap Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1957-1960 dan menjadi ketua umum PNI tahun 1960-1966.

Salah satu puncak karir dari Ali Sastroamidjojo yang paling diingat oleh banyak orang adalah jabatannya sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia. Ia dikenal sebagai sosok pejuang diplomasi dengan jiwa internasional yang konsisten khususnya terhadap semangat “Bandung Ibu Kota Asia Afrika”.

Peranan Ali Sastroamidjojo dalam percaturan diplomasi Indonesia sangat tampak dalam drama KAA dimana Ali berhasil menjadi sutradara besar konferensi. Ia berhasil meyakinkan 4 perdana menteri lainnya pada konferensi Kolombo untuk menyelenggarakan KAA 1955, karena tanpa Colombo Plan, tidak akan terjadi KAA.

Kebesaran Ali semakin tampak pada hari kelima penyelenggaraan KAA yang terselenggara di Bandung, kecanggihan diplomasinya mampu menyatukan berbagai latar belakang ideologi untuk bersatu dalam forum internasional kulit berwarna pertama di dunia saat itu. Selain menjadi tokoh politik, ia juga rajin mempublikasikan buah pikirannya dalam berbagai buku karangannya sendiri, seperti buku Pengantar Hukum Internasional (1971), Politik Luar Negeri Indonesia Dewasa Ini (1972), otobiografi Tonggak-tonggak Perjalananku (1974), dan Empat Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda (1975).