Awas, Penipuan Foto Kontes Bayi & Anak Marak di Media Sosial!
Media sosial semakin banyak penggunanya, sayangnya penggunaan media sosial tidak diimbangi dengan penggunaan yang bijak. Saat ini marak pernipuan berkedok “foto kontes bayi & anak” di media sosial, yang mungkin akan mengantarkan Anda kepada jaringan penculikan anak. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jika sebagai orangtua, khususnya ibu Anda mau menelaah lebih dalam dan teliti, Anda akan menemukan berbagai bukti jika kontes-kontes yang mereka selenggarakan hanyalah abal-abal.
Untuk mengikuti sebuah kontes foto bayi dan anak, biasanya penyelenggara akan meminta Anda untuk melakukan pendaftaran dengan mentransfer uang sejumlah tertentu sebagai syarat mengikuti lomba, istilah yang sering digunakan oleh penyelanggara adalah BP (Biaya Pendaftaran). Setelah semua mengikuti proses administrasi pendaftaran, penyelenggara akan menyeleksi peserta oleh Juri, mereka biasanya memberitahu siapa saja yang menjadi Juri hingga akhirnya mereka mengeluarkan beberapa pemenang kontes. Pemenang kontes biasanya akan diminta BP akhir sejumlah tertentu sebagai syarat bahwa peserta menerima sebagai pemenang dan sebagai dealnya akan diberikan sejumlah barang tertentu seperti piagam, piala, dan pulsa. Bagi yang tidak melakukan BP Akhir maka peserta yang dijadikan sebagai “kandidat” pemenang tersebut akan di blacklist.
Dari kronologis di atas, pernahkah Anda bertanya kepada diri sendiri mengenai visi misi sang penyelenggara kontes, kapasitas Juri seperti apa, poin-poin yang akan dinilai sebagai pemenang kontes apa saja, dan mengapa harus membayar biaya-biaya tertentu bahkan setelah Anda menjadi “kandidat” pemenang sekalipun. Jika para ibu menyadari, kontes seperti ini sudah bisa dikatakan penipuan. Bagaimana Anda bisa menerima hadiah yang diberikan penyelenggara sementara Anda sendiri membayar sejumlah uang di awal dan di akhir? Bukankah berarti Anda membeli piagam dan piala tersebut? Bahkan jika dinominalkan, hampir semua kontes abal-abal ini memberikan hadiah yang nilainya lebih rendah dibanding uang yang telah Anda setorkan? Bayangkan, berapa keuntungan pihak penyelenggara dari uang para peserta yang bisa mencapai ribuan orang, sedangkan hadiah hanya diberikan maksimal kepada 6 pemenang dengan jumlah masing-masing tidak lebih dari 50 ribu rupiah.
Model-model penipuan seperti ini sudah berlangsung lama, namun anehnya tidak banyak orangtua yang menyadari bahwa kontes-kontes yang menjamur di media sosial seperti ini hanyalah model tipuan yang tersamarkan. Bagi mereka yang telah menjadi pemenang dengan menerima syarat penebusan hadiah, biasanya akan selalu menjadi pemenang di kontes yang diselenggarakan oleh pihak kontes lainnya. Mengapa demikian? Jika ditelusuri, pihak penyelanggara penipuan ini biasanya membuat beberapa akun sebagai tindak lanjut penipuannya. Mereka akan menandai beberapa orangtua yang memiliki akun di media sosial dan sudah menjadi pemenang untuk dijadikan target pemenang selanjutnya. Pemenang biasanya akan menebus hadiah yang telah dijanjikan, sehingga wajar jika mereka dijadikan target kembali. Untuk mengetahui seperti apa ciri-ciri penipuan yang berkedok kontes foto, berikut ciri-cirinya:
- Alamat peyelenggara tidak jelas, rata-rata mereka hanya mencantumkan no handphone. Kalaupun mereka menuliskan alamatnya di kolom informasi, alamatnya tidak lengkap, misal: Jl. Kenjeran No 258B. Alamat yang tertera tidak jelas di mana kotanya.
- Event yang diselenggarakan biasanya relatif cepat, bisa hanya 1 minggu saja.
- Biaya pendaftaran (BP) biasanya lebih mahal dibanding hadiah yang akan diberikan.
- Setiap pertanyaan seputar lomba hanya boleh seputar inbox, tidak menyediakan layanan customer service via telp.
- Hampir semua peserta bisa menjadi pemenang, para pembuat kontes biasanya akan membuat puluhan akun palsu yang seolah-olah menjadi peserta sekaligus mencari target untuk menjadi peserta lomba. Misal: peserta lomba berjumlah 50 orang, dari 50 peserta kemungkinan 30 peserta itu fake, hanya 20 peserta yang benar-benar peserta dan bisa saja semuanya menjadi pemenang dengan syarat mereka harus menebus hadiah yang telah dijanjikan.
Lalu apa keuntungan yang didapat para EO gadungan kontes abal-abal tersebut? Pertama, mereka mendapatkan keuntungan dari biaya pendaftaran (BP), mereka juga mendapatkan data pribadi, seperti Anda ketahui bahwa data pribadi seharusnya bersifat rahasia dan tidak boleh sembarangan diberikan dan dipublikasikan. Tidakkah Anda merasa khawatir anak-anak akan menjadi target sindikat penculikan anak? Mereka jelas mengetahui alamat jelas Anda, no handphone/telp, akun pribadi yang rata-rata banyak foto anak yang diunduh serta berbagai aktivitas Anda dan anak yang mungkin telah dimonitor oleh para sindikat penculikan anak. Jadi, berhati-hati dan bijaklah dalam menggunakan media sosial.
Kebanggan terhadap anak tidak seharusnya menjadi sesuatu yang ditukar dengan barang murahan yang tidak jelas, alangkah lebih bijak jika anak diarahkan kepada lomba-lomba yang mengasah kecerdasan anak, meningkatkan sensor motorik dan sensorik anak, meningkatkan IQ serta kreativitas anak seperti lomba menggambar dan mewarnai, atau lomba calistung. Mari lebih pintar menyikapi kehadiran sang buah hati tercinta agar tidak menjadi korban ketidakbijakan orangtua dalam menggunakan media sosial.