Bagaimana Cara Menyapih Anak Yang Tepat dan Aman?

menyapihSetelah anak berusia 2 tahun biasanya sang Ibu mulai bersiap-siap untuk menyapih sang anak, ada yang masih menggunakan cara lama seperti mengolesi puting dengan zat-zat yang menimbulkan rasa pahit hingga menitipkan anaknya kepada kakek dan neneknya. Cara lama ini menurut psikologi tidak baik untuk perkembangan anak, ia menjadi merasa tidak disayang dan diterlantarkan khususnya oleh ibunya sendiri. Jika menyapih dilakukan dengan cara yang tepat maka kelekatan anak dengan ibu akan tetap sesuai porsinya.

Proses menyapih adalah proses di mana anak tidak lagi mendapatkan ASI, meskipun demikian menyapih tidak diwajibkan dilakukan saat anak sudah berusia 2 tahun. Bisa saja saat anak berusia 2 tahun, ia masih merasa belum siap untuk disapih, sehingga alangkah baiknya jika proses menyapih dilakukan secara perlahan, bertahap dan natural atau alamiah agar anak tetap merasa disayang oleh ibunya meskipun tidak mendapatkan ASI.

Cara menyapih yang salah dan efek negatifnya

Mengolesi puting dengan obat merah. Selain berbahaya jika tertelan oleh anak, efek negatif dari sisi psikologis akan menimbulkan perasaan ditolak oleh ibunya. Anak jadi merasa tidak dicintai dan mungkin ia bisa mengalami sakit karena tekanan psikis. Setelah itu mungkin akan muncul avoidance, yakni sikap menghindar dalam sebuah hubungan interpersonal yang dapat mengganggu perkembangan kepribadian mereka. Bukan hal yang tidak mungkin jika suatu saat mereka menjadi sulit dalam menjalin hubungan intensif dengan orang lain karena pada masa kanak-kanak ia merasa ditolak oleh orang terdekatnya, yakni ibunya.

Dioleskan brotowali dan sejenisnya yang terasa pahit. Meskipun pada awalnya anak tak akan menikmati, namun mungkin saja lama-kelamaan anak malah akan menikmatinya meskipun terasa pahit. Dampak negatif dari cara ini justru malah akan mengembangkan kepribadian anak yang ambivalen, yakni kondisi dimana anak menjadi tidak mengerti apakah sebenarnya ibunya mencintainya atau tidak. Lebih parahnya, sikap kepribadian tersebut bukan hal yang menyenangkan karena anak akan mengembangkan kecemasan dalam hubungan interpersonal di masa mendatang.

Menitipkan anak. Cara ini merupakan cara yang mungkin akan terasa sangat menyakitkan bagi anak, selain harus kehilangan kesempatan mendapatkan ASI tetapi ia juga harus kehilangan figur ibu. Dapat dibayangkan bagaimana cara ini dapat mengguncang jiwa anak sehingga tak menutup kemungkinan jika mereka akan merasa diacuhkan dan ditinggalkan. Hal ini akan memicu dua sumber stress pada anak yakni merasa ditinggalkan dan harus beradaptasi dengan lingkungan asuhan yang baru sehingga Anda jangan merasa kaget jika anak perlu beradaptasi kembali dengan ibunya dan menimbulkan ketidakpercayaan anak pada orangtua.

Lantas, bagaimana cara menyapih anak yang tepat?

Cara terbaik dalam proses menyapih adalah tidak memaksa si anak untuk secara tiba-tiba dan cepat dalam melepas ASI. Ikuti setiap tahap perkembangannya karena sebenarnya setiap anak memiliki tahapan perkembangan alami yang akan memberikan tanda bahwa ia siap untuk disapih. Contoh ketika giginya mulai tumbuh, maka sistem pencernaannya sudah terbentuk dengan baik dan mereka sudah mulai bisa menikmati makanan padat, bukan ASI lagi. Dengan demikian, anakpun mulai belajar cara meninggalkan ASI secara alami. Namun terkadang, banyak orangtua yang tidak memahami sehingga momentum ini banyak diabaikan.

Saat ibu akan melakukan proses menyapih, pastikan kebutuhan makan dan minumnya terpenuhi dengan baik. Jadikan acara makan bagi anak menjadi hal yang menyenangkan dan sajikan makanannya dengan variatif dan menarik, dengan demikian anak akan memiliki kesan positif terhadap aktivitas makan dan perlahan mulai lupa akan ASI.

Jangan lupa juga untuk memberikan penjelasan kepada anak mengenai proses penyapihan yang sedang ibu lakukan. Meskipun anak baru berusia 2 tahun dan belum lancar berkomunikasi, tetapi mereka mengerti apa yang ibu bicarakan secara emosional. Jadi tak ada salahnya memberikan pengertian kepada si kecil untuk mencegah terjadinya jurang pemisah yang bersifat kedekatan emosial antara ibu dan sang buah hati.