Batasi Anak Menonton TV dan Bermain Video Games

childrentv362Akhir-akhir ini sering muncul berita di televisi mengenai kasus kekerasan pada anak hingga pelecehan seksual. Bahkan korban dan pelakunya sudah tak pandang bulu, mulai dari anak TK hingga anak kuliahan. Sudah semestinya hal ini menjadi perhatian utama para orangtua di zaman sekarang ini. Keselamatan masa depan perilaku anak lebih penting dibanding apapun, jika sebagai orangtua kita tidak bisa mencontohkan dan mengarahkan kepada hal yang lebih baik, bagaimana Anda bisa menuntut mereka menjadi orang yang lebih baik sesuai dengan harapan?

Dari semua kasus yang terjadi, banyak faktor yang menyebabkan maraknya kasus asusila dan kekerasan menimpa anak-anak di bawah umur, salah satu faktor yang mungkin sering kita abaikan adalah bagaimana kita sebagai orangtua memonitor dan mengawasi anak dalam menonton TV dan bermain video games. Secara tidak disadari, banyak efek negatif dari kedua kegiatan tersebut, mengingat banyaknya tayangan dan game yang mengandung cuplikan-cuplikan kekerasan fisik dan suguhan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Sebagai orangtua, sudah saatnya mempedulikan keselamatan masa depan sang anak dengan mengetahui apa saja yang mesti dilakukan untuk mencegah anak kecanduan menonton TV dan video games.

Buat batasan waktu

Hal pertama yang perlu diketahui adalah mengenai batasan usia anak untuk menonton dan bermain video games. Banyak dari para orangtua yang mungkin tidak menyadari pentingnya poin pertama berikut ini dan bagaimana sebagian besar dari mereka yang bahkan tidak mempedulikannya, padahal efek negatif untuk kelangsungan sang anak sangatlah dipengaruhi dari ketika ia masih kecil.

    • Anak yang berusia kurang dari 2 tahun sama sekali tidak boleh menonton TV atau bermain games baik di hanphone, tablet, maupun laptop atau PC.
    • Anak berusia 2-6 tahun boleh menonton TV atau bermain games dengan batasan waktu maksimal 1 jam dari 24 jam. Misal, 15-30 menit untuk menonton TV, 30 menit untuk bermain games. Ingat, hanya 1 jam dari waktu 24 jam dalam sehari.
    • Lebih dari 6 tahun diberikan waktu maksimal 3 jam dengan waktu yang diselang-seling, tidak dibiarkan terus menonton atau bermain games terus-menerus selama 3 jam. Anda bisa mengaturnya dengan melakukan istirahat atau melakukan kegiatan lain setelah 30 menit atau 1 jam, baru boleh menonton atau bermain video games setelahnya, begitu seterusnya. Ingat, anak membutuhkan gerakan fisik.

Batasi konten yang ditonton atau dimainkan

Usahakan anak untuk tidak menonton tayangan televisi atau video games yang mengandung unsur horor, pornografi dan kekerasan fisik. Berikan alasan yang bisa dimengerti oleh anak sesuai usianya dan usahakan pilih tayangan dan video games yang bermanfaat dan mendidik. Menjadi orangtua yang pintar dan bijak, sangat dibutuhkan dalam peran ini.

Dampingi anak

Peran orangtua sebagai pendamping dalam hal ini, sangatlah dibutuhkan dan penting. Dalam sebuah tayangan televisi maupun video games, selalu ada jebakan yang tersembunyi baik itu kekerasan ataupun pornografi. Jangan pernah menganggap sepele tayangan yang dikhususkan untuk anak-anak, karena jebakan tersebut tidak hanya berupa kasus kekerasan dan pornografi melainkan berupa perilaku atau kata-kata yang tidak sopan dan kasar. Anak yang belum mengerti, sangat membutuhkan pendampingan orangtua karena mereka hanya akan meniru apa yang dilihat dan didengarnya, jadi waspadalah!

Sempatkan waktu meski Anda sibuk bekerja

Jika ayah dan bunda bekerja, tetap sempatkan waktu sesekali untuk menonton bersama. Atau Anda bisa mengatur apa yang bisa ditontonnya dengan mengumpulkan video-video pendidikan untuk dijadikan daftar tontonanya setiap hari, sehingga Anda bisa tetap mengontrol apa yang dilakukannya.

Berikan kegiatan atau fasilitas pengalih

Kegiatan bersama teman-temannya atau fasilitas pengalih seperti sepeda, mainan edukasi, buku bacaan mungkin bisa mengalirkan energi positif anak selain harus disuguhkan tontonan yang tidak jelas. Anda juga bisa mengajaknya berenang bersama, jogging, bermain bulu tangkis, dan kegiatan lain yang lebih real untuk mengisi kegiatan di waktu senggang bersama keluarga.

Jadilah orangtua haus ilmu

Yang dimaksud haus ilmu di sini adalah ilmu dalam mengurus dan mendidik anak, karena sebaik-baiknya orangtua adalah yang mampu merawat serta mendidik anaknya sendiri. Anda bisa membaca banyak referensi buku bacaan di internet, toko buku, perpustakaan umum, untuk mengetahui bagaimana cara memperlakukan anak dengan baik dan sehat sesuai usianya. Hal ini untuk mendukung kecerdasan emosional anak dan memahami hubungan Anda dengan sang anak, sehingga Anda akan mudah mengontrol apa yang dilakukan sang anak.

Bagaimana jika anak sudah kecanduan?

Sebagai orangtua, mau tidak mau Anda harus berupaya untuk mengembalikan anak ke jalurnya. Jadilah orangtua yang tegas dan konsisten, bukan galak ya. Ingat, setiap bentakan akan mempengaruhi batang otak kecerdasan anak Anda. Selalu bangun komunikasi yang hangat dengan sang anak, misalnya dengan mengajukan pertanyaan: “Apakah perilaku tesebut (yang sedang tonton) pantas dilakukan atau tidak? Apa akibatnya, dan seterusnya. Diskusi semacam ini secara tidak langsung akan mendewasakan sang anak sekaligus belajar memahami karakter sang anak melalui pandangan-pandangannya, yang mungkin bisa di luar dugaan. Berlaku untuk anak yang usianya di atas 6 tahun ya, ayah dan bunda.

Berikan peraturan dan konsekuensi

Agar proses pembatasan menonton TV dan bermain video games bisa berjalan sesuai rencana, berikan peraturan yang menunjukkan hak dan kewajibannya. Hal ini berlaku untuk anak yang sudah memasuki masa sekolah dasar, misalnya anak baru bisa menonton TV atau bermain games setelah menyelesaikan tugas sekolah (PR), membereskan mainan dan buku pelajaran untuk besok, dan lain sebagainya.

Sebagai orangtua, Anda harus pintar-pintar menjaga sikap terlebih ketika sang anak melanggar peraturan yang telah disepakati. Misalnya, melanggar jatah waktu maksimal dalam menonton TV atau bermain game, Anda boleh menegurnya dengan memberikan konsekuensi untuk tidak menonton atau bermain games di hari selanjutnya secara halus dan ramah. Ingat, jangan sampai aturan pembatasan yang dibuat menjadi kacau karena rengekan anak.