Benarkah Calistung Berbahaya Untuk Anak Usia Dini?

calistung, cara mengajar anak membaca, belajar membaca anak tk, calistung, belajar membaca anak, anak tk, cara mengajari anak membaca, pendidikan anak usia dini, paud, buku belajar membacaDirektur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dari Ditjen PNFI Kemendiknas, Sudjarwo mengatakan bahwa memberikan pelajaran calistung pada anak di bawah 5 tahun dapat menghambat pertumbuhan kecerdasan mental yang disebut sebagai “Mental Hectic”. Penyakit ini akan mulai merasuki anak saat mereka duduk di kelas 2 atau 3 SD. Dalam hal ini Kemendiknas berusaha untuk mengembalikan ‘qitah’ PAUD untuk tidak mengajarkan calistung dan mendorong orangtua untuk menjadi konsumen yang cerdas terutama dalam hal memilih sekolah.

Banyak orangtua yang menganggap sekolah PAUD berbiaya mahal, memiliki fasilitas mewah dan mengajarkan calistung merupakan sekolah terbaik yang harus dipilih. Tetapi di sisi lain, kita melupakan hak anak untuk bermain sesuai usianya. Pelarangan calistung di kalangan anak usia dini ini telah menyebar ke seantero dunia. Namun, benarkan pelarangan ini sudah tepat?

Di berbagai Negara, calistung di usia dini telah ditanamkan sejak usia 3-4 tahun yang masuk dalam program informal. Sebut saja UK, di Negara ini tahapan sekolah terbagi menjadi 6 tahapan, yakni:

  1. Nursery : Usia 3-4 tahun
  2. Reception : Usia 4-5 tahun
  3. Infant School Year 1 & Year 2 : Usia 5-7 tahun (Di beberapa sekolah, Infant dan Junior dijadikan satu yang disebut sebagai Primary School)
  4. Secondary School : Usia 11-16 tahun
  5. Sixth Form atau College : Usia 16-18 tahun

Di UK, kelas Reception umumnya sudah bisa membaca dan menulis, bahkan di usia 4-5 tahun mereka ditargetkan bukan hanya bisa sekedar membaca tetapi juga menulis apa yang didikte oleh gurunya. Negara yang mewajibkan pendidikan formal sejak usia 5 tahun adalah UK (Inggris) yang memang Year 1-nya umur 5 tahun. Selain UK mereka adalah Scotland, Cyprus, dan Malta. Negara-negara yang baru memulai pendidikan formal di usia 6 tahun di antaranya Austria, Belgia, Denmark, Perancis, Jerman, Norwgia, Italia, Belanda, Spanyol, Swiss, dan Turki. Dan yang mengawali pendidikan formal di umur 7 adalah Bulgaria, Finlandia, Swedia (BBC, 12 September 2013).

Perihal Calistung pada anak usia dini memang masih menjadi perdebatan, namun ada beberapa hal yang perlu dipahami dari adanya pelarangan ini, yakni:

  • Calistung pada anak usia dini berbahaya jika dilakukan secara formal di sekolah PAUD/TK, karena mereka dipaksa belajar dengan cara duduk di kursi dan melihat apa yang dajarkan gurunya di depan kelas. Hal ini tentu akan menjadi pemicu timbulnya stress dan “Mental Hectic” di usia produktif selanjutnya.
  • Pengajaran calistung secara informal akan lebih menguntungkan dan tentunya meminimalkan anak-anak terkena “Mental Hectic” karena sistem pembelajaran ini dilakukan dalam kondisi anak yang ‘free’. Mereka tidak dipaksa untuk duduk di kursi dan menghafal alphabet dan juga berhitung dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Metode bermain sambil belajar seperti yang dicontohkan oleh Ki Hajar Dewantara sangatlah cocok untuk diterapkan pada anak usia dini. Sekolah PAUD yang bagus justru sekolah yang memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, tanpa membebaninya dengan beban akademik.

Pengajaran calistung informal contohnya seperti menghitung gelas yang disuguhkan Bunda kepada tamu, atau menghitung jeruk yang dibeli, menghitung jumlah anggota keluarga, menulis nama sendiri, mengeja judul buku yang sedang dibaca kakak, dan hal lainnya yang menyenangkan. Calistung tidak akan menjadi berbahaya jika dilakukan dengan cara menstimulasi bukan memaksa. Tak heran jika anak terkena “Mental Hectic” jika calistung menjadi kurikulum wajib dalam sebuah sekolah PAUD, karena mereka belajar dalam kondisi yang tidak menyenangkan dan dipaksa.

Mari menjadi orangtua yang cerdas dalam memahami masalah “calistung” yang perlu dipelajari oleh anak-anak khususnya usia dini. Pada dasarnya, calistung yang benar-benar wajib ada dalam kurikulum adalah ketika anak sudah duduk di Sekolah Dasar (SD). Seperti yang ditegaskan oleh mantan Mendikbud Dr. Muhammad Nuh yang menyatakan bahwa “pelajaran calistung adalah kewajiban SD, bukan lembaga PAUD. Anak yang akan masuk sekolah SD tidak boleh dituntut sudah menguasai calistung.” Tetapi jika anak memang memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung pada usia dini tanpa ada unsur pemaksaan harus bisa, tak jadi masalah bukan?