Benarkah Sosok Ayah Perusak Akhlak Utama Pada Anak?
Ayah adalah seorang figure penting di dalam sebuah keluarga, bahkan saking pentingnya sosok ayah sering diibaratkan seperti nakhoda kapal yang sedang berlayar. Seorang nakhoda, tentu harus memiliki banyak kemampuan dan wawasan dalam menjalani tugasnya dalam memimpin perjalanan berlayar, dia harus mengerti dan memahami arah angin, desiran ombak, sampai kedudukan batu dan terumbu karang agar kapal tidak menabrak dan oleng hingga bisa membahayakan keselamatan seluruh penumpang dan barang bawaan.
Seperti itu pula lah kedudukan sang ayah dalam mengarungi bahtera rumah tangga, ia harus jadi sosok yang bisa bertanggung jawab terhadap segala aspek rumah tangga termasuk dalam hal pengasuhan anak. Ayah tidak hanya berkewajiban mencari nafkah, tetapi ia juga harus bisa menjadi sosok yang selalu dirindukan oleh anggota keluarga khususnya anak-anak.
Dalam beberapa kasus, kaum ibu sering dijadikan sebagai faktor utama penyebab rusaknya akhlak dan mental sang anak karena sang ayah merasa sudah cukup lelah dan sibuk dalam mencari nafkah. Tak jarang jika banyak ayah yang menganggap dirinya berhak menyalahkan para isteri mereka jika terjadi hal-hal buruk pada anaknya. Namun tahukah Anda, bahwa ternyata penyebab rusaknya akhlak dan mental anak adalah sosok seorang ayah?
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Tony Ward dari University of Melbourne, Australia menyatakan bahwa dari hasil riset yang dilakukan kepada 55 laki-laki yang dipenjara karena kasus penganiayaan terhadap anak dan 30 laki-laki yang terlibat kasus perkosaan memberikan persepsi tentang masa kecil mereka yang ternyata rata-rata dari mereka menggambarkan sosok ayahnya yang sering bersikap “menolak” dan kurang konsisten dibanding ibu mereka.
Melalui risetnya tersebut, Dr. Ward dengan sangat jelas mengatakan bahwa sikap dan kebiasaan yang dimiliki para ayah memiliki pengaruh kuat terhadap pertumbuhan anak-anaknya. Penelitian yang dilakukan oleh Ward tentunya juga sebagai tamparan keras bagi para ayah mengenai bagaimana mereka selama ini menjalankan tugasnya sebagai kepala rumah tangga. Sudahkah para ayah melaksanakan perannya dengan baik dan benar selaku kepala rumah tangga? Seorang ayah bisa menjadi penyelamat akhlak dan mental, tetapi di sisi lain bisa merusak masa depan anak-anak.
Seorang pemikir Islam, Ibnu Qayyim radiallahu ‘anhu bahkan dengan tegas menyatakan dalam kitab Tuhfatul Maudud: “Betapa banyak orang yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat karena ia tidak memperhatikannya, tidak mendidiknya dan memfasilitasi keinginannya, sementara dia mengira telah memuliakannya padahal dia telah merendahkannya. Dia juga mengira telah menyayanginya padahal dia telah mendzaliminya. Maka hilanglah bagian pada anak itu di dunia dan akhirat. Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah.”
Semoga literatur penelitian dan pemikiran sosok tokoh Islam di atas bisa menginspirasi para ayah untuk memperbaiki hubungannya dengan para buah hatinya sekaligus menyadarkan sosok para ayah bahwa ada anak-anak yang merindukan kebersamaan dan kehadirannya di sisi mereka.