Cara Tanamkan Rasa Percaya Diri Pada Anak Pemalu
Adakalanya anak sulit berinteraksi dengan orang lain dan hanya bisa bersembunyi dibalik badan orangtua saat dikenalkan di depan banyak orang. Bisa jadi ini merupakan tanda bahwa anak Anda memiliki sifat pemalu. Pada usia tertentu, balita akan belajar berinteraksi dengan lingkungannya, responnya pun akan berbeda-beda pada setiap anak. Ada anak yang mudah akrab dengan orang baru, bahkan tak jarang banyak juga anak yang butuh waktu untuk mengenali lingkungan barunya sebelum akhirnya akrab dengan orang dan situasi barunya tersebut.
Menumbuhkan rasa percaya diri pada anak adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan sosialnya di masa mendatang, selain itu rasa percaya diri ikut andil dalam membentuk pola pikir seseorang saat akan memutuskan untuk melakukan suatu tindakan. Dengan adanya rasa percaya diri, anak akan mudah bergaul dan menunjukkan potensi dalam dirinya dengan maksimal yang berujung pada sebuah keberhasilan. Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya berani tampil di muka umum, tapi bagaimana jadinya jika anak adalah tipe anak pemalu? Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi anak memiliki sifat pemalu, di antaranya:
Kurang bermasyarakat, jika anak dibesarkan di lingkungan keluarga yang mengasingkan diri kemungkinan besar mereka akan sulit menjalin hubungan sosial yang normal dengan masyarakat.
Pengalaman buruk, sifat pemalu bisa dilatarbelakangi oleh peristiwa-peristiwa yang menyebabkan mereka memiliki penilaian malu. Misalnya, sering dipermalukan dengan diolok-olok oleh orangtua atau temannya sendiri di depan umum, dsb. Hal tersebut akan berpengaruh pada pola pikir dan perilakunya.
Merasa jadi sumber perhatian, mungkin seringkali mereka merasa diperhatikan banyak orang dan menjadi bahan perbincangan. Hal ini tentu akan menyebabkan anak menjadi takut dan cemas untuk berpendapat dan bertindak karena takut salah dan ditertawakan.
Pola asuh awal keliru, bisa saja sifat pemalu dilatarbelakangi saat anak masih bayi terutama di usia 2 tahun pertamanya. Orangtua kadang terlalu over protective terhadap efek negatif dari lingkungan sekitar, selain itu faktor ingin membahagiakan anak cenderung lebih diapresiasi dengan membelikan aoa yang diinginkannya sehingga melahirkan anak yang manja. Berbeda dengan anak yang tak selalu dimanjakan cenderung mampu mengatasi kesulitan yang dialaminya.
Hilangnya kesempatan berinteraksi, anak yang tidak memiliki teman sebayanya bisa menjadi pemicu memiliki sifat pemalu. Mereka jarang berinteraksi sehingga ketika bertemu dengan orang di lingkungan baru mereka menjadi bingung bagaimana cara berinteraksi dan memperkenalkan dirinya pada orang lain.
Meskipun demikian, pemalu bukanlah bagian dari perkembangan melainkan ada karna proses yang panjang sehingga sifat pemalu bisa diatasi secara bertahap. Namun jika Anda membiarkannya begitu saja, maka sifat pemalu tidak akan hilang dan anak akan terjebak pada sifat pemalu yang dimilikinya tersebut. Bagaimana cara mengatasinya? Berikut tipsnya.
Hindari memberikan “label”
Memberikan label atau julukan pada anak itu adalah hal yang tidak baik. Jangan pernah berkata, “anak saya memang pemalu” karena hal ini secara tidak langsung akan menjadi sugesti untuk tetap menjadi pemalu.
Ajak dan ajari bersosialisasi
Sering-seringlah mengajak anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, jangan lupa untuk mengajarinya cara bersosialisasi yang benar. Hal kecil yang bisa diajarkan misalnya harus menatap mata lawan bicara, berbicara lantang tetapi tidak keras atau berteriak, dsb secara bertahap.
Beri dukungan
Jika anak memang memiliki sifat pemalu, jangan jadikan itu aib bagi Anda. Perlakukanlah sikap tersebut dengan normal sambil terus memberi dukungan agar anak lebih percaya diri lagi.
Tumbuhkan rasa percaya diri
Latihlah rasa percaya diri anak dengan hal-hal yang mudah, seperti memintanya memilih baju yang ia sukai saat di toko baju, memintanya memberikan pendapat tentang tokoh kartun yang ditontonnya di rumah, dsb. Dengan begitu mereka akan merasa dihargai dan didengarkan pendapatnya.
Perkenalkan hal baru
Anda bisa memperkenalkan kegiatan di luar rumah yang menyenangkan dan menarik bakatnya, seperti mengikuti les musik, tari, atau organisasi dan perlombaan yang sekiranya dapat melatih kemampuan bersosialisasinya. Hanya perlu diingat bahwa aktivitas tersebut dilakukan tanpa paksaan dari orangtua karena hanya akan menimbukkan trauma baginya.