Dampak Berbahaya dari Aksi Bullying Terhadap Anak
Beberapa waktu lalu, kasus bullying banyak diberitakan oleh media. Tak hanya berbentuk kekerasan fisik dan kata-kata, kini kian marak pula cyber bullying. Bullying kerap kali dilandasi alasan-alasan tak masuk akal. Para pelaku bullying tak hanya orang dewasa namun juga anak-anak. Banyak yang mengatakan bahwa meningkatnya bullying disebabkan oleh konsumsi anak terhadap media elektronik, salah satunya sinetron, game, internet, dan lain-lain.
Dampak bullying dapat dirasakan oleh pelaku, korban hingga saksi. Berikut dampak dan cara pencegahannya:
1. Korban
Anak korban bullying umumnya akan merasa depresi dan gelisah. Anda dapat melihat perubahan sikapnya dari perubahan pola tidur, susah makan, takut pergi sekolah, tak berminat mengikuti ekstrakulikuler yang disukai, hilangnya kepercayaan diri, menjadi pribadi yang pendiam, dan lain-lain.
Korban bullying adalah yang paling merasakan dampaknya. Tak sedikit dari mereka yang drop out, menjadi liar dan tak terkendali, hingga kasus bunuh diri. Namun, banyak pula yang justru sukses dan dapat menjadi inspirasi di kalangan korban bullying.
Apabila anak Anda mengalami hal seperti diatas, Anda dapat menghubungi wali kelas agar anak Anda mendapat perhatian lebih ketika di sekolah. Anda juga tidak boleh meremahkan tangisan anak, sebab hal tersebut hanya akan membuatnya tidak percaya diri kepada orang tua sekalipun.
2. Pelaku
Umumnya, pelaku bullying ialah anak-anak yang kurang perhatian. Jika tindakannya tidak dihentikan anak seperti ini akan tumbuh menjadi pribadi egois, merasa selalu benar dan kuat, dan selalu merasa dirinya adalah yang terbaik dari lainnya.
Pelaku bullying juga dapat membuat dirinya dikeluarkan dari sekolah, kehilangan teman, hingga ancaman serius dengan pihak berwajib.
Anak seperti diatas seharusnya dihentikan dengan cara pendekatan intensif dan dihujani perhatian dan pengertian. Dan apabila tindakannya sangat berlebihan, orang tua dapat memberinya hukuman. Dan bila perlu dapat berkonsultasi dengan psikolog agar ia mampu mengendalikan emosi.
3. Saksi
Menjadi saksi mungkin dianggap biasa saja. Namun sikap saksi ada dua macam yang pertama bersikap cuek dan tidak memiliki toleransi, yang kedua peduli, namun takut berurusan dengan pelaku bully.
Kepedulian yang tidak bisa diwujudkan ini akan memunculkan rasa bersalah yang terpendam. Dan justru akan berdampak pada emosi dan mental sang anak.
Sebagai orang tua, hendaknya Anda memberikan kepercayaan padanya apabila ia melihat temannya di bully untuk melapor kepada guru atau orang tua. Yakinkan pula bahwa melapor tindakan bully kepada guru adalah hal benar dan tak perlu merasa takut.
Masalah bullying memang sangat komplek, sehingga kita sebagai orang tua, saudara, hingga guru wqjib memperhatikan gerak gerik perilaku bullying yang terjadi pada sekitar. Dan sebagai orang tua jangan terlalu memanjakan anak dan tidak mengakui perbuatan nakal sang anak kepada orang lain maupun temannya. Hal seperti ini hanya akan membuatnya terlindungi dari kesalahan yang dibuatnya. Stop Bullying