Film: Guru Bangsa Tjokroaminoto – Dibalik Lahirnya Tokoh-Tokoh Besar Indonesia

rps20150415_063213Tanggal 9 April 2015 lalu, telah hadir film biopik yang mengangkat salah satu tokoh sejarah Indonesia, yaitu HOS Tjokroaminoto. Salah satu pahlawan Nasional yang memiliki nama lengkap Hadji Oemar Said Tjokroaminoto ini merupakan seorang pemimpin salah satu organisasi Islam yakni, Sarekat Islam.

Tjokroaminoto lahir pada tanggal 16 Agustus 1882 di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dan kemudian meninggal pada tanggal 17 Desember 1934 pada usinya yang ke-52 tahun. Film ini menceritakan tentang kiprah HOS Tjokroaminoto yang menjadi pengajar alias guru beberapa pemuda yang melahirkan tokoh-tokoh besar Indonesia dengan berbagai ideologi seperti Soekarno, Kartosoewiryo, dan para tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) seperti Alimin, Muso hingga Tan Malaka.

Saat itu, setelah lepas dari era tanam paksa di akhir tahun 1800, Hindia Belanda (Indonesia) memasuki babak baru yang berpengaruh kepada kehidupan masyarakatnya yaitu dengan gerakan Politik Etis yang dilakukan oleh pemerintah Belanda. Meskipun demikian kemiskinan masih banyak terjadi, rakyat masih banyak yang belum mengenyam pendidikan dan kesenjangan sosial antar etnis dan kasta masih sangat terlihat jelas.

HOS Tjokroaminoto yang lahir dari kaum bangsawan Jawa dengan latar belakang keislaman yang kuat, tidak diam saja melihat kondisi tersebut. Walaupun lingkungannya adalah keluarga ningrat yang memiliki hidup yang nyaman dibandingkan dengan rakyat kebanyakan saat itu. Ia berani meninggalkan status kebangsawanannya dan bekerja sebagai kuli pelabuhan dan ikut merasakan penderitaan sebagai rakyat jelata. Tjokroaminoto memiliki sebuah rumah kos yang dihuni oleh beberapa pemuda seperti Koesno (Soekarno), Alimin, Muso, Semaoen, Darsono, Sekar Madji (SM) alias Kartosoewiryo, dkk yang kemudian dijadikannya sebagai murid sekaligus kader bentukannya. Sebagai bapak kos, ia menempa anak-anak didiknya hingga lahirlah organisasi Sarekat Islam.

Koesno (Soekarno) muda, sebagai salah satu anak kos-kosan yang tinggal di rumah Tjokro sekaligus dikader langsung oleh Tjokroaminoto, mendapat banyak ilmu dari mertuanya. Bahkan, gaya orasi Soekarno yang kita kenal gegap gempita itupun, sebenarnya meniru gaya Tjokro. Pun cara menuangkan gagasan dan pikiran secara tertulis, Koesno muda banyak belajar dari Tjokroaminoto yang saat itu sudah dikenal sebagai seorang jurnalis, pemilik salah satu koran terkemuka di Surabaya. Kepiawaian Tjokroaminoto terhadap hukum dan mesin, juga di’incar’ untuk ditiru Koesno. Saat itu, setelah dari Surabaya, Koesno muda pindah ke Bandung untuk menimba ilmu teknik sipil di ITB (dulu namanya Technische Hoge School). Di sanalah dia nanti bertemu Inggit, dan melupakan Oetari, isteri pertama sekaligus anak dari HOS Tjokroaminoto.

Banyak nilai dan pelajaran yang layak diteladani dari film garapan Garin Nugroho ini, seperti nilai nasionalisme, kepekaan sosial, juga semangat pendidikan yang harus dicontoh oleh para pelajar di negeri ini. Tjokroaminoto memiliki cita-cita yang luhur, yakni membangun Indonesia yang adil, sejahtera dan cerdas. Film ini diperankan oleh Reza Rhadian, Ibu Jamil, Chistine Hakim, dkk. Menariknya, film ini dibuat berembug oleh 5 sutradara sekaligus. Film ini tentunya wajib ditonton oleh semua kalangan, khususnya pelajar di negeri ini.