Gamal Abdul Nasser – Tempat Mengadu Negara-Negara Asia-Afrika Yang Memperjuangkan Kemerdekaan

7629556208_93c6e37b02_z_1Berbicara tentang Konfetensi Asia Afrika, kita tidak akan lupa akan sejarah orang-orang atau pemimpin-pemimpin negara yang berjasa atas terselenggaranya KAA. Salah satu tokoh berpengaruh selain Ali Sastroamidjojo, ada seorang pemimimpin Mesir bernama Gamal Abdul Nasser yang dikenal dekat sekali dengan Soekarno. Mereka berdua sangat berteman akrab bahkan keduanya sama-sama tokoh gerakan Nonblok yang memiliki mimpi mewujudkan negara-negara Asia dan Afrika agar tidak terus dijajah bangsa Eropa dan Amerika.

Mesir, ternyata menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, Soekarno sendiri seringkali berkunjung ke Mesir karenanya masyarakat Mesir juga sangat menghormati Soekarno. Nasser tidak hanya dikenal baik di negerinya, tetapi juga hampir di semua kawasan Timur Tengah, bahkan di Afrika sendiri ia dikenal sebagai “Bapak Bangsa”. Hampir semua negara yang memperjuangkan kemerdekaan meminta dukungan kepadanya, bahkan ia menjadi tempat mengadu para pemimpin negara-negara Asia yang memiliki masalah tentang kenegaraannya. Nasser adalah seorang pemimpin besar yang dikenal sering memiliki ide-ide brilian meskipun terkadang dianggap aneh dan terlalu berani.

Dalam setiap kunjungannya ke negara-negara sahabat ia selalu menyerukan “Keislaman” dan “Perdamaian”. Namun juga tak jarang, di negerinya sendiri ia sering mendapatkan protes karena tindakannya yang keras kepada kaum muslimin yang menentang kebijakannya. Tanggal 19 Nopember 1947 merupakan awal keprihatianan dan pukulan telak bagi Bangsa Arab dan Palestina, Inggris meninggalkan sekaligus menyerahkan Palestina kepada Israel pasca Perang Dunia II berakhir. London dan Washington menjadi negara yang mempelopori sidang Umum PBB yang memutuskan dibagi duanya wilayah Palestina dimana salah satu bagiannya adalah untuk Israel. Tahun 1967 bahkan terjadi perang besar antara Israel dan Arab yang menyebabkan direbutnya tanah-tanah Arab seperti tepi Barat milik Jordania, Semenanjung Sinai milik Mesir dan dataran tinggi Golan milik Suriah.

Nasser pernah bercita-cita untuk menggabungkan beberapa negara Arab menjadi satu pemerintahan, namun hal tersebut tidak mendapat dukungan penuh dari negara Arab lainnya. Ia bahkan pernah menginginkan terbentuknya Arab Raya untuk bersatu menyerang Israel dan membantu rakyat Palestina mendapatkan kembali tanah air mereka yang diduduki Israel.

Harus diakui bahwa Nasser adalah seorang pemimpin yang disegani baik oleh kawan maupun lawan, bahkan tindakannya yang berani sering mengejutkan para pemimpin Arab hingga pemimpin dunia. Dalam KTT Non Blok di Bandung tahun 1954, ia bahkan menjadi pembicara yang cerdas dan berani yang menyerukan negara dunia ketiga memerlukan bantuan dari negara lain untuk maju dan merdeka sehingga negara dunia ketiga harus menentukan sikap dalam menghadapi dua blok besar yaitu Blok Barat dan Blok Timur.

Tahun 1956, Nasser benar-benar membuat kejutan yang kemudian membawa Mesir menjadi negara yang sangat diperhitungkan. Mesir berhasil menasionalisasikan Terusan Suez yang menyebabkan Barat marah besar karena kapal-kapal mereka tidak bisa lagi berlalu-lalang di Terusan Suez. Inggris dan Perancis yang dibantu Israel memiliki alasan kuat mengapa mereka berlanjut menyerang Mesir, Inggris dan Perancis ingin mengambil keuntungan dari mengambil alih pengawasan Terusan Suez sedangkan Israel ingin balas dendam karena telah membiarkan pejuang Palestina membangun kekuatan di jalur Gaza. Meskipun Israel berhasil menduduki Terusan Suez hanya dalam kurun waktu 2 hari, tetapi Amerika Serikat melihat situasi tersebut malah membahayakan. Akhirnya, Presiden Eisenhower memerintahkan pasukan Inggris dan Perancis untuk ditarik mundur dan digantikan dengan pasukan PBB. Namun pergantian ini malah membuat Nasser menang telak dengan satu keputusan yang berbunyi, “semua negara boleh menggunakan Terusan Suez kecuali Israel”. Karena hal inipula bangsa Arab memberikan penghormatan yang tinggi kepada Nasser karena dianggap telah mengangkat harga diri, harkat dan martabat bangsa Arab di depan dunia khususnya bangsa Barat. Bisa dibilang, ia adalah seorang pemimpin Arab modern pertama yang menempuh jalan sosialis.

Gamal Abdul Nasser dilahirkan di sebuah desa kecil Bani Morr, di Lembah Sungai Nil. Ayahnya pernah berjanji untuk hidup dan mati dalam keadaan sebagai orang miskin dan mengerti kemiskinan orang lain. Pada awalnya, Nasser merupakan pengikut Jenderal Muhammad Naguib, pemimpin Mesir. Namun kemudian Nasser menggulingkan kepemimpinannya dan mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin Mesir berikutnya. Nasser meninggal pada tahun 1970 setelah berjam-jam berpidato dalam memimpin pertemuan para pemimpin bangsa Arab di Kairo. Pada malam harinya ia pulang ke rumah, dan tidak lama kemudian meninggal dunia. Nasser tidak hanya telah membuat perubahan bagi negara Arab menjadi lebih modern tetapi juga menjadi negara yang diperhitungkan di kancah international. Meskipun demikian, pemerintahannya tak pernah sepi kritik terutama saat terjadi konfrontasi keras antara pemerintahannya dengan ikhwanul Muslimin Society of the Moslem Brothers yang didirikan oleh pemikir Islam terkemuka, Hasan Al Bana tahun 1928.