Mengapa Anak Tiba-tiba Menangis Histeris Saat Bangun Tidur?
Terkadang, bayi atau balita suka tiba-tiba menangis histeris saat terbangun dari tidurnya. Sebagai orangtua, Anda pasti merasa khawatir ketika hal tersebut terjadi, namun sebenarnya Anda tidak perlu merasa panik berlebihan jika Anda bisa mengetahui penyebabnya. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai penyebab anak tiba-tiba menangis histeris saat bangun tidur, untuk menghindarinya pastikan bahwa kesehariannya memiliki aktivitas yang menyenangkan.
Gangguan Tidur
Takut tidur lagi. Beberapa ahli neuroscience menengarai adanya kaitan erat antara mimpi dengan memori dan proses kognitif di otak. Di usia 3 tahun anak mengalami perkembangan otak yang pesat terutama pada bagian yang memroses memori sehingga anak usia ini biasanya banyak bermimpi, baik saat tidur siang maupun malam. Tak hanya mimpi yang menyenangkan tapi juga yang menakutkan sehingga bayi menangis sebelum tidur kembali.
Imajinasi dan realita. Ciri khusus lain, balita 3 tahun biasanya sering tertukar antara apa yang terjadi dalam realita dengan imajinasinya. Hal ini dikarenakan anak-anak usia 3 tahunan memang sangat imajinatif. Apa yang dilihatnya dalam keseharian nyata diproses kembali dalam otak untuk menjadi sebuah cerita khayal. Oleh karenanya, di usia ini, bisa saja anak menceritakan pengalamannya di teman bermain yang belum tentu terjadi.
Mimpi Buruk
Anda perlu mengetahui bahwa ketika anak tertidur, otak tidak tidur. Kesadaran (consiousness) bisa saja tidak aktif, tetapi alam bawah sadarnya tetap aktif. Apa yang dialaminya dalam keseharian dan terekam dalam ingatan, bisa jadi menyembul keluar dan muncul sebagai mimpi. Ketika mimpi buruk terjadi, biasanya si anak akan menangis bahkan ada juga yang histeris dan takut tidur lagi hingga sulit tidur.
Dalam menghadapi mimpi buruk balita yang mengakibatkan bayi tidur tiba tiba menangis, para ahli mengingatkan orang tua untuk tidak terlalu merasa panik menghadapi mimpi buruk anaknya. Berbagai penelitian menunjukkan semakin banyak dan kompleks pengalaman anak, maka akan semakin sering ia bermimpi, termasuk bermimpi buruk.
Untuk menghadapinya, coba tenangkan anak Anda. Dekap dan peluk ia untuk memberi rasa aman sambil menjelaskan apa yang muncul dalam mimpinya bukanlah sesuatu yang nyata. Tanyakan apa yang membuat anak menangis, dan sekali lagi jelaskan itu adalah mimpi. Jika terjadi pada anak balita yang belum bisa bicara, Anda harus bersabar ketika perlakuan Anda ketika mencoba menenangkannya dengan pelukan tidak langsung direspon olehnya, wajar jika dalam beberapa menit ia masih menangis hhisteris karena mungkin saja si anak belum tersadar bahwa ia sedang bermimpi buruk. Namun ketika ia telah tersadar bahwa ada ibu yang sedang memeluknya, maka tangisnya pun akan semakin mereda dan ia akan tidur kembali jika masih menjadi waktu tidurnya. Hanya butuh beberapa waktu saja untuk ia bisa kembali tertidur pulas.
Untuk anak yang berusia di atas 2 tahun, dan dia berkata bertemu hantu atau hal lain semacamnya, berikan penjelasan bahkan Anda perlu meluruskan pemahamannya tentang keberadaan makhluk-makhluk tersebut. Di sela kesehariannya Anda bisa menjelaskan apa yang sering ia dengar dan ia lihat di televisi adalah rekaan untuk kepentingan hiburan semata, Sebisa mungkin minimalkan paparan anak dari tontonan yang bernuansa horor dan takhayul yang kerap muncul di layar kaca. Sebagai gantinya mungkin Anda bisa mengajaknya jalan-jalan atau membacakan cerita teladan dan lucu.
Meskipun semua itu telah Anda lakukan, para ahli menyarankan pula agar orang tua waspada karena mimpi buruk berulang menunjukkan stres terpendam hingga bayi sering menangis saat tidur. Stres pada anak bisa terjadi apabila ada perubahan drastis, seperti pindah rumah, sekolah, atau pengalaman. Bermimpi memang dialami semua orang, termasuk anak-anak. Walau begitu, ketika anak sering bermimpi buruk dan terganggu tidurnya, disitulah Anda mulai harus waspada dengan terganggunya cara agar bayi tidur nyenyak.
Terserang Kolik
Bayi menangis saat tidur atau bayi menangis dalam tidur tanpa sebab dapat diduga bahwa bayi tersebut terserang kolik, yaitu keadaan dimana si bayi menangis terus-menerus secara berlebihan (lebih dari 3 jam sehari dan paling sedikit 4 hari dalam seminggu). Gangguan ini bisa terjadi sejak si kecil lahir hingga usianya 3-4 bulan. Namun, jangan langsung menduga bahwa bayi mengalami kolik bila ia menangis berlebihan. Tangisan bayi bisa saja terjadi karena ia lapar, lelah, popoknya basah, atau kedinginan bahkan bayi kurang tidur. Beberapa gangguan seperti demam (suhu tubuh lebih dari 37.5? C), diare, atau infeksi lainnya seringkali juga membuat si bayi rewel.
Kolik sering dikaitkan dengan adanya gangguan pada saluran pencernaan, misalnya akibat mengejangnya otot di dinding usus atau adanya udara dalam usus. Kolik mungkin juga terjadi karena bayi mengalami intoleransi laktosa atau alergi pada anak terhadap susu sapi maupun susu formula. Namun, mekanisme spesifik penyebab terjadinya kolik hingga kini belum diketahui secara pasti. Kolik biasanya akan menghilang dalam beberapa minggu dan tidak ada dampak jangka panjang terhadap kesehatan si bayi. Selain itu, bayi yang kolik umumnya tetap memiliki nafsu makan yang baik dan kenaikan berat badan yang normal.
Gejala terjadinya kolik adalah sebagai berikut:
- Menangis secara berlebihan setelah minum susu atau ketika bangun tidur, terutama di malam hari
- Tangis si bayi sulit untuk dihentikan ketika serangan kolik terjadi
- Ketika menangis, wajahnya berwarna kemerahan dan kakinya diangkat-angkat
- Perutnya mungkin kembung
Yang sebaiknya Ibu lakukan ketika menghadapi bayi yang kolik, yaitu:
- Memastikan kebutuhan bayi sudah terpenuhi. Misalnya, jangan sampai ia terlalu lapar atau harus menunggu lama untuk disusui
- Peluklah, sehingga si kecil merasa nyaman
- Usap-usap punggungnya dengan menengkurapkan bayi di atas pangkuan Anda
- Ajak jalan-jalan dengan kereta dorong atau naik mobil agar ia tenang
- Mandikan dengan air hangat dan ciptakan suasana rileks di malam hari
- Ayun-ayun si kecil sambil menyanyikan atau memutar lagu favoritnya