Pengajaran Pengendalian Emosi pada Anak-Anak

anak2Mengatasi emosi anak yang meledak-ledak. Pada usia sekitar 3-6 tahun, anak mulai belajar membina hubungan dengan orang lain, belajar berkomunikasi dan bersosialisasi. Anak-anak mulai mengerti hal-hal secara perlahan. Lingkungan ini akan membentuk karakter anak nanti, bagaimana mereka tumbuh dan berkembang, dipengaruhi dari usia ini.

Bermain di lingkungan sekitar dan bergaul dengan teman-teman seumurannya tidak dipungkiri kadang memicu konflik satu sama lain, dari sini dimulailah sebuah emosi pad anak, kadang meluapkan emosi dengan menangis, marah atau bahkan mengamuk yang berbuntut perkelahian. Kondisi seperti ini wajar terjadi, sebagai orang tua pun kita tidak bisa melarangnya secara total untuk bergaul di lingkungan sekitar.

Pada usia seperti ini ada yang menyebut sebagai usia ‘nakal’ anak-anak. Kadang anakpun bersikap bandel dan sering tidak menuruti apa kata orang tua dan begitu menjengkelkan. Wajar sih, karena pada usia ini anak-anak belum mendapat pendidikan secara formal, dalam arti pada usia saat inilah merupakan jembatan peralihan antara pendidikan antara rumah dan sekolah.

Karakteristik emosi anak sangat unik, berlangsung singkat, meledak dan tiba-tiba berhenti. Emosi anak biasanya berlangsung singkat dan cenderung tidak terkontrol. Sebagai contoh saat anak menangis hebat namun tiba-tiba orang tua memberikan sesuatu hal yang disukainya, maka saat itu juga bisa saja anak berhenti menangis dan terlihat bahagia.

Sebagai orang tua, mungkin Anda ingin bagaimana anak tumbuh dengan emosi yang tidak berlebihan, namun Anda bingung apa yang harus Anda lakukan untuk mewujudkan hal ini. Nah, berikut ini kami memberikan sedikit kiat kepada Anda agar bisa memberi anak sedikit pelajaran mengendalikan emosi.

  •  Hindarkan anak dari tayangan-tayangan televisi yang tidak sesuai umur mereka. Karena pada usia seperti ini, sang anak justru suka meniru dengan apa yang mereka lihat dan saksikan.
  • Ajarkan anak sejak dini tentang bagaimana mereka seharusnya bersikap ketika menghadapi kondisi yang menyulut emosinya.
  • Jangan sekali-kali memperlihatkan pertengkaran Anda dengan pasangan di hadapan anak-anak.
  • Ajarkan anak-anak sifat mengalah, sabar atau welas asih dengan bercerita kisah-kisah bijak atau dongeng yang menumbuhkan sifat baik kepada anak.
  • Jangan berpikir kali untuk memberikan anak hadiah ketika mereka sudah berbuat baik kepada orang lain.

Lalu apa sih manfaat mengajarkan pengendalian emosi anak sejak dini? Dan seberapa pentingkah hal ini? Tentu kita tahu bahwa kecerdasan emosional (EQ) adalah elemen yang sangat penting selain SQ dan IQ, ketiga elemen ini berpengaruh pada attitude dan pola berpikir anak, dan bisa saja akan mempengaruhi kesuksesan mereka di masa mendatang. Selain itu terdapat manfaat kenapa anak wajib mempelajari perilaku di lingkungan dan menempatkan diri dengan mengendalikan emosi mereka, yakni sebagai berikut:

  •  Anak bisa belajar bertingkah laku yang bisa diterima di lingkungannya.
  • Anak bisa memainkan peranan social di kelompoknya sesuai kodratnya.
  • Anak bisa mengembangkan sikap social yang sehat terhadap lingkungannya sebagai modal penting untuk kehidupan dalam bermasyarakatnya kelak.
  • Anak mampu beradaptasi dengan baik di lingkungannya dengan baik.

Anak cenderung marah ketika dilarang oleh orang tua, ketika dilarang anak justru semakin penasaran dan berusaha melawan apa kata orang tua. Saat inilah Anda dituntut bersikap bijak sebagai orang tua. Satu-satunya cara jika Anda menghadapi hal ini adalah dengan bicara baik-baik kepada anak, alihkan pusat perhatiannya dengan hal-hal yang lebih bermanfaat.

Sebenarnya mudah lho mengendalikan emosi pada anak, kuncinya adalah perlu pendampingan secara intens Anda selaku orang tua kepada anak Anda,