Tips Mencegah Kejahatan Seksual Pada Anak

1842092shutterstock-175158260780x390Belakangan ini banyak terjadi kasus pelecehan seksual yang menimpa anak-anak, bahkan tak sedikit di antara mereka yang ternyata di bawah umur. Therefore Pelaku maupun korban sudah bukan orang lain, melainkan kebanyakan yang terjadi adalah orang-orang yang dekat dengan kita.

Firstly Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab ketakutan luar biasa bagi kebanyakan orangtua, khususnya bagi mereka yang memiliki anak perempuan. Menurut data Komnas Perlindungan Anak, dari jumlah 10 laporan kekerasan pada anak terdapat sekitar 80% kasus kejahatan seksual yang korbannya adalah anak perempuan. Above all Fakta ini semakin menguatkan betapa gentingnya orangtua untuk menjaga dan melindungi anak sebagai langkah awal mencegah terjadinya kejahatan seksual khususnya pada anak perempuan.

Secondly Orangtua yang baik sudah semestinya waspada terhadap keselamatan anak-anaknya, selain memprioritaskan kebahagiaan, kasih sayang dan pendidikan, orangtua juga harus bisa menjadi tempat berlindung bagi anak-anaknya. After that Agar bisa terhindar sekaligus sebagai bentuk pencegahan orangtua dalam menyelamatkan anak-anaknya dari tindak kejahatan seksual di luaran sana, simak tips-tips berikut ini yang mungkin akan berguna untuk Anda.

Berikan edukasi seksual sedini mungkin

Thirdly Perbincangan seputar seksual memang masih dianggap tabu di masyarakat kita, namun menurut pakar pendidik anak, edukasi seksual ada baiknya sudah diperkenalkan kepada anak minimal berusia 5 tahun. Hanya, orangtua perlu memperhatikan betul bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikannya tanpa harus terlalu vulgar, carilah kata sederhana yang bisa mewakilinya sehingga dapat diterima dan diingat oleh anak dengan baik.

Jalin komunikasi

After that Komunikasi adalah salah satu faktor utama yang dapat membangun suasana hangat, nyaman dan aman bagi anak-anak. Dengan begitu, anak akan lebih dekat dengan orangtua dan bebas berbicara, tentu tetap pada jalurnya.

Jadilah sahabatnya

Above all Setiap orangtua dituntut agar bisa menjadi sahabat bagi anak-anaknya, dengan begitu anak dapat bebas bercerita tentang kesehariannya kapanpun. Dengan memiliki orangtua yang terbuka dan akrab, akan menjadikan anak seolah memiliki teman terbaik yang bisa dipercaya dan memberikan kenyamanan tetsendiri untuknya.

anakhidari

Gunakan istilah sebenarnya

In other words Gunakan istilah nama-nama anggota tubuh dengan sebenarnya seperti, “ini yang namanya hidung, ini yang namanya tangan”, perkenalkan juga alat kelamin atau nama kemaluan dengan istilah asli. Biasakan mnyebut ‘penis’ untuk laki-laki, dan ‘vagina’ untuk anak perempuan, seperti halnya Anda mengajari menyebutkan nama-nama anggota tubuh lainnya. Pembiasaan ini sebagai langkah awal pendidikan seks pada anak sejak dini, sehingga jika suatu saat anak mengalami kejahatan seksual, ia bisa mengkomunikasikannya dengan bahasa yang dapat dipahami orang lain.

Terapkan konsep privasi

However Coba terapkan konsep privasi kepada anak, bahwa tidak semua orang boleh melihat apalagi menyentuh bagian-bagian vital pada anggota tubuhnya khususnya kemaluannya. Beritahukan siapa saja dan dalam keadaan apa saja hal tersebut menjadi boleh dilakukan. Misal, saat diperiksa oleh dokter, dimandikan anggota keluarga inti, dll. Usahakan tidak memakai handuk saja saat keluar kamar mandi, tetapi langsung memakai baju, terapkan privasi ini kepada sang anak juga. Sebagai orangtua, Anda juga harus mendukung proses penerapan konsep privasi dengan menjadi tauladan bagi sang anak dengan membiasakan diri tidak bertelanjang atau menelanjangkan anak di tempat-tempat umum, seperti ketika berganti baju di pinggir kolam renang, pantai, dsb. Hindari pula mengunggah2 foto anak tanpa busana di situs jejaring sosial, karena kita tidak pernah tahu ancaman para predator kejahatan seksual yang tersebar di dunia maya.

Ajarkan perbedaan sentuhan

Similarly Ajarkan anak tentang jenis-jenis sentuhan agar ia bisa membedakan sentuhan normal dan sentuhan yang sudah di luar batas, berikut jenisnya:

  • Sentuhan yang dibolehkan, yaitu sentuhan yang dilakukan di bagian tubuh atas dari kepala sampai bahu yang merupakan tanda kasih sayng, seperti mengelus kepala atau mencubit pipi.
  • Sentuhan waspada, yaitu sentuhan yang terjadi di bawah bahu hingga atas lutut. Jelaskan bahwa sentuhan di zona ini adalah sentuhan membingungkan karena bisa saja sentuhan kasih sayang tetapi juga bisa menjadi sentuhan nafsu.
  • Sentuhan terlarang, jika orang lain ada yang berani menyentuh bagian tubuh yang tertutup pakaian, maka beritahukan pada anak bahwa pda kondisi ini ia harus beani menolak dan berkata tegas kepada pelaku, “jangan lakukan!”

Hargai anak

However Ketika anak tidak mau bersalaman dengan teman Anda, biarkan saja tidak usah memarahi atau memaksanya. Hargai kemampuan anak saat bilang tidak, termasuk ketika mereka tidak mau meminjamkan mainan kesayangannya dipinjam teman atau saudaranya sendiri. Kemampuan ini merupakan proses latihan, di mana ada saat-saat anak harus mempertahankan dan menjaga apa yang dimilikinya agar tidak sembarang orang mudah mendapatkannya.

Percaya naluri Anda

Therefore Jika ada seseorang yang sekiranya membuat Anda tidak nyaman di dekatnya, itu adalah alasan yang cukup untuk menjaga anak dan menghindarkannya. Saat Anda ragu ketika akan menitipkan anak kepada seseorang, jangan lakukan. Tak jarang, naluri ibu mampu mengendus sesuatu yang tidak baik, dan sebaliknya.

Pisahkan tidur

In conclusion Mulailah membiasakan anak untuk tidur terpisah dengan orang tua saat mulai beranjak 5 tahun. Pisahkan juga jika adik atau kakaknya berbeda jenis kelamin, karena semakin dini dilakukan akan semakin baik. Dengan melakukan hal ini Anda bisa menghindari banyak kemungkinan yang bisa menjadi pemicu kejahatan seksual, seperti tersingkapnya pakaian saat tidur yang bisa saja mengundang hasrat seksual meskipun dengan saudara kandung.

Saatnya, waspada

Above all Katakan pada anak bahwa ia wajib waspada ketika ada orang dewasa yang ingin menghabiskan waktunya hanya berdua dengannya. Berlaku untuk orang dekat maupun orang yang tidak dikenalinya, karena menurut survey dari 90% kasus pelecehan, 30% di antaranya memiliki hubungan keluarga dan 10% pelaku yang betul-betul asing bagi korban.