Tips Menyikapi Tingkah Laku Anak Balita Usia 1-2 Tahun
Usia 1-2 tahun memang masa lucu-lucu nya sang anak, namun sekaligus menjadi masa melelahkan bagi orangtua. Banyak tingkah laku balita atau “toddler” yang sangat beragam – seperti agresif, manjambak rambut, memukul, dan lain sebagainya. Apabila sebagai orangtua kita salah dalam menyikapinya, maka akan berdampak tidak baik bagi perkembangan sang anak selanjutnya. Lalu seperti apa kita harus menyikapi tingkah lau anak usia balita ini? Berikut penjelasannya.
1.Agresif – suka memukul, menggigit, dan tingkah agresif lainnya.
Mungkin Anda terkejut bahwa tingkah laku agresif itu adalah hal normal pada masa perkembangan anak usia 1-2 tahun. Kemampuan berbahasanya yang sedikit dan terbatas, keinginan kuat untuk melakukan sesuatu sendiri, dan belum terbentuknya kontrol kemauan di otak membuat balita menjadi bertingkah agresif. Namun meskipun demikian, Anda harus mencoba memberitahunya bahwa tingkah laku tersebut tidak baik untuk dilakukan, ungkapkan dan tunjukkan cara lain untuk mengekspresikan perasaannya.
Apa yang harus dilakukan?
- Turuti konsekuensi logis. Jika sang anak melempar bola ke arah anak lain yang sedang bermain, singkirkan dia, duduklah dengannya dan melihat anak-anak lain bermain, jelaskan bahwa dia bisa bermain tanpa menyakiti temannya, lalu tunggu sampai ia siap bermain. Hindari beralasan dengannya, misalnya dengan menanyakan, “Bagaimana jika dedek dilempar bola sama teman dedek?”. Balita belum memiliki pikiran matang untuk bisa membayangkan dirinya di posisi orang lain atau berubah tingkah lakunya karena pertanyaan tadi, namun balita Anda akan mengerti apa akibat serta konsekuensinya.
- Tetap tenang. Membentak, memukul, atau mengatakan kalimat tidak baik, tidak akan mencegah tingkah lakunya, bahkan Anda mungkin akan membuatnya marah dan memberi contoh tidak baik yang akan ditirunya. Sebenarnya, Jika Anda menyikapinya dengan tenang dan bisa mengendalikan amarah, justru mungkin akan menjadi langkah awal baginya untuk belajar mengotrol emosinya.
- Beri batasan yang jelas. Cobalah untuk segera merespon jika anak Anda agresif, jangan menunggu sampai dia memukul adiknya untuk ketiga kalinya baru Anda menegurnya. Anak harus segera mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu salah. Beberapa saat dia akan menghubungkan perbuatan dan akibatnya, akhirnya dia mengerti bahwa jika dia memukul, menggigit dan kenakalan lainya maka dia akan disingkirkan.
- Disiplin secara konsisten. Seperti yang telah dijelaskan, sedapat mungkin merespon setiap tingkah laku. Jika setiap tingkah laku tidak baik dia diberitahu, maka dia akan sadar konsekuensi kenakalannya.
- Ajarkan alternatif. Tunggu sampai anak sudah tenang lalu jelaskan dengnan lembut apa yang terjadi, tanyakan apa yang membuatnya marah. Katakan bahwa marah itu wajar tapi tidak boleh ditunjukkan dengan memukul, mengigit, menendang, dll. Ajarkan cara efektif jika anak sedang marah kepada adiknya, misalnya ajarkan dia berkata “adek jangan begitu!”, “adek jangan nakal!” dsb. Atau ajarkan dia meminta bantuan pada yang lain, misalnya pada orang tua, kakak, atau yang lain. Pastikan bahwa anak Anda mengerti kata “maaf”, dan dia harus meminta maaf jika berbuat salah. Pada awalnya, kata maaf mungkin akan terasa tidak tulus, tapi lama-kelamaan hal tersebut akan menjadi terbiasa dengan sendirinya.
- Beri penghargaan untuk tingkah laku yang baik. Dari pada memberi perhatian pada saat ia berbuat salah, cobalah memperhatikannya ketika ia berbuat baik dan pujilah. Misalnya, ketika ada anak lain sedang bermain ayunan, anak Anda minta bergantian alih-alih mendorong anak lain itu dari ayunan. Pujilah dia misalnya: “wah, anak mama pinter sekali mau minta bergantian ayunan!”. Pada saat itu anak Anda akan sadar akan kekuatan kata-kata.
- Batasi waktu nonton TV. Kartun dan acara anak-anak lainnya sering berisikan hal negatif. Cobalah monitor acara yang ia tonton, apalagi jika ia termasuk tipe anak agresif. Perkumpulan Dokter Anak Amerika menganjurkan anak di bawah usia 2 tahun tidak menonton TV sama sekali.
- Berikan tempat leluasa. Bagi anak yang sangat agresif, rumah bisa menjadi “teror” baginya. Beri dia waktu bermain yang banyak, sebaiknya di luar rumah untuk meluapkan kemauannya.
- Jangan ragu untuk meminta bantuan. Terkadang anak agresif butuh intervensi lebih jauh dari yang orang tua bisa lakukan. Perlakuan agresifnya lebih sering, membuat takut atau selalu mengganggu anak lain, dan usaha Anda hanya sedikit sekali hasilnya. Bicaralah dengan dokter anak atau psikolog anak, ingat anak Anda masih sangat muda, masih banyak kesempatan untuk berubah, jangan putus asa. Jika Anda sabar dan konsisten dalam memberi asuhan yang tepat, maka kenakalan atau kelakuan buruknya hanya akan menjadi masa lalunya.
2. Bandel (tidak punya perhatian) atau Hyperaktif
Diagnosa kelainan perilaku ini sulit ditegakkan dibawah usia 6 tahun, karena orang tua sering menganggapnya wajar. Ciri khasnya adalah anak tidak bisa mengendalikan diri dimanapun ia berada. Gejalanya di antaranya:
- Sering kali gagal menyelesaikan tugas/permainannya.
- Tidak dapat berkonsentrasi atau mudah terganggu, dan cenderung tidak mau mendengar
- Tidak mau menuruti perintah
- Sulit mengatur aktifitasnya
- Sering tidak memperhatikan dan ceroboh
- Sering gelisah
- Suka berlari-lari atau memanjat-manjat
- Sulit bermain dengan tenang
- Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai
- Tidak mau menunggu gilirannya.
Penyebab pastinya belum diketahui, tapi ada beberapa hal yang mempengaruhi yaitu faktor Genetik. Neurologikal tidak mampu mengatur level neurotransmitter (zat yang mengirim pesan ke otak) seperti Dopamine, penyalah gunaan obat dan alkohol oleh ibu hamil, trauma kecil di otak, konsumsi gula dan zat aditif lainya dalam makanan bayi.
Apa Yang Dapat Anda Lakukan?
- Langkah pertama adalah menerima bahwa anak Anda mempunyai kelainan perilaku. Tapi jangan putus asa, anak Anda mungkin adalah calon ilmuwan atau sutradara film, hanya saja Anda harus tahu bagaimana mengasuhnya begitu juga dengan lingkungannya.
- Minta dukungan semua pihak, mintalah kerabat dekat, teman dekat, guru dan siapa saja yang bisa memberi support untuk membantu mengatasi/memahami perilaku anak Anda.
- Ubahlah suasana, hilangkan sumber-sumber overstimulasi atau distraksi (gangguan) di lingkungan anak Anda. Buatlah kamarnya rapi, simpanlah mainan ekstra. Di sekolah minta bantuan guru untuk selalu mengawasinya dan untuk menjauhkan dari teman atau objek yang dapat mengganggunya.
- Buatlah harinya terstruktur, balita biasanya merespon rutinitas, jadwal yang teratur mengurangi ketegangannya. Pastikan bahwa ia tahu waktu makan, waktu tidur siang, waktu mandi, dll. Hal itu juga membantu anak Anda fokus terhadap tugasnya.
- Berilah penghargaaan, jangan menghukum. Mungkin Anda tidak tahu betapa sia-sianya menghukum anak, Anda belum tahu betapa bermanfaatnya penghargaan meskipun sederhana. Pujilah hal-hal yang baik yang ia lakukan (misal: “Wah, bersih sekali giginya, anak mama pintar gosok gigi!”), atau beri ia hadiah kecil. Anak Anda akan senang dan ia akan mengulangi perbuatan yang dipuji atau beri hadiah itu untuk mendapat perasaan yang sama lagi. Lama kelamaan perasaan senang melakukan hal yang baik itu akan muncul dari dalam dan ia akan tetap melakukannya meskipun tanpa hadiah.
3. Suka Berteriak
Ketika mereka menginginkan perhatian orang tuanya, ini adalah cara mereka berkata, “Hey lihat aku!”. Ada juga yang melakukannya karena menginginkan sesuatu yang tidak diperbolehkan, dalam hal ini mereka ingin mengatakan, “Pokoknya aku minta itu, berikan padaku sekarang!”
Bagaimana Menyikapinya?
- Meneriaki anak supaya diam adalah percuma. Jalan terbaik adalah mencegah hal itu terjadi dan mengalihkan perhatiannya ketika dia berteriak. Cukupilah kebutuhannya ketika Anda pergi sedapat mungkin sebelum Anda pergi. Pastikan bahwa ia kenyang, sudah buang air, dan cukup istirahat.
- Bawa Ke Toko Atau Restoran Yang Ramai Jika ia berteriak di tempat yang ramai, maka Anda tidak akan begitu dipermalukan dan ia juga malas meneruskan berteriak.
- Minta ia merendahkan suaranya, jalau anak menjerit senang, biarkanlah. Tapi jika itu mengganggu mintalah ia merendahkan tapi jangan mengomelimya. Rendahkan suara Anda sehingga dia akan meredakan suaranya untuk mendengarkan Anda, dan dengan pelan katakan, “Mama tidak suka mendengar teriakan, sayang”.
- Buatlah permainan. Anda ikut berteriak ketika ia berteriak katakan, “Ayo lomba teriak”, lalu rendahkan volume suara dan katakan, “Sekarang lomba berbisik”. Atau tutup telinga Anda. Bisa juga dengan mengatakan, “Wah suaranya seperti singa, sekarang coba suara ular, bisa tidak?!”
- Ketahuilah perasaannya. Jika anak berteriak karena minta perhatian, tanyakan diri Anda apakah ia berpura-pura atau benar-benar tidak nyaman. Jika ia tidak nyaman di tempat tertentu dimana ia berada saat itu, bawalah ke tempat lain. Jika ia sudah mulai bosan lagi katakan, “Mama tahu kamu mau pulang tapi tunggu sebentar ya, kita sudah hampir selesai”. Dengan begitu ia bukan cuma senang karena anda tahu perasaannya, tapi itu dapat juga membantunya belajar mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Jika anak berteriak karena minta sesuatu yang Anda pegang, jangan langsung berikan karena ia akan ketagihan dan akan mengulanginya lagi setiap ia minta sesuatu. Coba katakan, “Mama mau berikan roti ini kalau kita sudah sampai rumah” atau katakan, “Mama mau berikan roti ini asalkan tidak rewel lagi”.
- Buatlah ia sibuk. Ajaklah bermain-main, ketika Anda keluar dengannya katakan apa yang sedang dilakukan, apa yang terjadi atau yang ada di sekitar Anda, dll. Ia akan diam jika sibuk, atau mintalah ia membantu Anda mengambil barang yang dibeli di supermarket, ajak ia bernyanyi, ciptakan lagu-lagu dari apa yang sedang Anda kerjakan.
- Berikan mainan dan snack. Berilah sesuatu sebelum ia berteriak memintanya. Jika Anda menunggu sampai ia berteriak berarti Anda mengajarkannya bahwa ia baru diberi sesuatu setelah ia berteriak.
- Jangan peduli apa kata orang. Banyak ibu-ibu yang bermasalah dengan anaknya yang suka menjerit merasa malu dengan pandangan negatif orang. Bila anak Anda berteriak di tempat yang tenang dan mengganggu suasana, bawalah keluar, alihkan ke tempat lain.
4. Persaingan Saudara (Sibling Rivalry)
Meskipun keluarga besar mendatangkan kesenangan, tapi dapat juga mendatangkan masalah persaingan saudara kandung atau dikenal dengan Sibling Rivalry. Walau bagaimanapun Anda harus berusaha berlaku adil, anak akan tetap bersaing untuk mendapat perhatian dan kasih sayang yang lebih dari orangtuanya. Beberapa cara yang sering dilakukan antara lain bertengkar, berkelahi, mengolok-olok, mengganggu, dan suka mengadukan apa yang dilakukan saudaranya.
Apa yang harus dilakukan?
- Siapkan anak Anda untuk kedatangan sang adik. Kira-kira tiga atau empat bulan sebelum kelahiran, katakan kepada anak dengan jujur tentang kedatangan sang adik. Biarkan ia memegang perutAanda dan merasakan gerakan janin. Gambarkan perubahan yang akan terjadi di rumah dengan barang-barang baru ketika adiknya lahir. Tanyakan bagaimana perasaannya, yakinkan bahwa Anda tetap menyayanginya.
- Suruh anak sebagai dekorator kamar. Ajak anak membantu menyiapkan kamar bayi dan mengambil barang-barang yang diperlukan untuk kamarnya atau membuat dekorasi. Jika perlu pindahkan ia ke kamar lain, lakukan hal ini beberapa bulan sebelum kelahiran sehingga ia tidak merasa disisihkan.
- Jelaskan apa yang akan terjadi saat Anda melahirkan. Kira-kira dua minggu sebelum melahirkan, siapkan anak Anda untuk ketidak beradaan. Jika ada keluarga, teman atau baby sitter yang akan mengasuh anak Anda selama di rumah sakit, sebaiknya orang itu sudah tinggal bersama Anda selama satu atau dua minggu sebelum melahirkan. Setelah kelahiran, suruhlah anak Anda menjenguk Anda dan adik barunya, sehingga ia merasa bahwa ia adalah bagian penting dari keluarga.
- Libatkan balita Anda dalam mengurusi adik barunya. Ketika memandikan bayi suruh anak Anda yang memegang handuknya atau membantu menyabuninya. Ketika jalan-jalan bersama biarkan dia yang mendorong stroller adiknya dengan bantuan Anda. Jika dia minta menggendong adiknya sedangkan dia belum kuat, letakkan bayi Anda di pangkuannya dan Anda duduk di sebelahnya untuk memeganginya. Suruh sang anak menghibur adiknya. Bayi dan anak-anak mudah diajak bercanda dan sangat apresiatif, dengan hiburan sederhana saja adiknya akan tertawa, dengan begitu anak Anda bukan saja senang mendapat perhatian tapi juga bangga bisa membuat adiknya tertawa. Jika ia belum mau dilibatkan dalam mengurusi adiknya, jangan dipaksa, ia akan peduli sendiri pada saatnya.
- Berilah waktu “Ibu” yang banyak. Hal yang wajar jika balita Anda cemburu, karena tiba-tiba ada anggota keluarga lain yang menyita lebih banyak waktu dan perhatian Anda. Berikan waktu khusus untuknya walaupun cuma sebentar, misalnya menggambar, menyusun balok, membaca cerita, main game atau melihat album foto, dsb. Lakukan hal tersebut terutama pada saat bayi Anda tidur. Tunjukkan fotonya waktu bayi dan ceritakan bahwa dia dulu sama seperti adiknya, maka dia bisa lebih toleran pada adiknya.
- Bersiaplah untuk keagresifan si balita. Anak yang cemburu biasanya mengekspresikan perasaannya dengan memukul atau melempar sesuatu pada saudaranya. Cegahlah tapi jangan memperolok atau menghukum secara fisik. Jika Anda memukulnya maka ia akan balas dendam dengan adiknya suatu saat. Cukup katakan, “Memukul itu tidak bagus, adek kan tidak menyakiti kakak, dan kakak lebih kuat dari pada adek”. Beri ia “time out” supaya ia berfikir bahwa ia salah. Jika anak Anda agresif jangan biarkan mereka berdua saja. Jauhkan benda-benda tajam.
- Bantulah mereka bekerja sama. Misalnya membuat benteng dari tumpukan bantal, membereskan mainan mereka bersama, main sandiwara, dan lain-lain.
- Jangan menanggapi pengaduan. Jika anak Anda datang dan mengadukan sesuatu tentang saudaranya, katakan padanya bahwa Anda tidak senang mendengar pengaduan. Jelaskan bahwa Anda tidak mau memihak pada anak yang ingin membuat masalah pada yang lain. Jika mengadukan saudara yang dalam bahaya atau terluka barulah Anda mau mendengarkannya.