Wow, Robot Bunglon & Jubah Kamuflase Ini Terinspirasi Dari Harry Potter!
Hari demi hari teknologi terus berkembang semakin canggih untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah dunia kemiliteran yang pasti sangat membutuhkan teknologi yang dapat membuat pasukannya seperti tak terlihat saat berperang.
Ternyata, teknologi seperti ini kini sedang dalam tahap pengembangan. Mereka menggunakan teknologi nano sebagai jawabannya. Teknologi nano kamuflase ini diciptakan oleh para peneliti karena terinspirasi dari jubah tak terlihat milik Harry Potter. Jubah kamuflase ini dibuat dengan berbagai ukuran, ia hanya memiliki ketebalan 80 nanometer saja. Lalu disusun dengan lapisan magnesium fluoride sebesar 50 nanometer, dan permukaannya ditutupi nano antena yang terbuat dari blok mas yang sangat tipis setebal 30 nanometer.
Nano antenna berfungsi untuk membelokkan cahaya yang masuk sehingga objek yang ditutupi dengan jubah ini tidak akan terlihat. Jubah ini juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar layaknya bunglon. Ini hanyalah salah satu keunggulan dari nano teknologi yang dikembangkan untuk tujuan penyamaran militer.
Inovasi yang menggunakan teknologi nano kedua untuk tujuan penyamaran militer adalah robot bunglon. Guoping Wang dan timnya yang berasal dari Wuhan University telah berhasil menciptakan robot bunglon yang dapat melakukan kamuflase warna. Warna kulit robot bunglon tersebut berusaha menyesuaikan dengan warna di lingkungannya. “Teknologi seperti ini dapat digunakan oleh militer untuk penyamaran dengan lingkungan sekitar mereka,” kata Wang. Penemuan ini akan terus dikembangkan, sehingga suatu hari dapat menyatu dengan sempurna terhadap lingkungan sekeliling. Nanoteknologi ini suatu saat dapat dikombinasikan dengan rompi pertahanan militer.
Robot bunglon ini dapat memproduksi perubahan warna dengan memanfaatkan interaksi antara struktur dalam skala nano dengan medan listrik. Bagian kulit robot terdiri atas lembaran-lembaran kaca dimana bagian samping masing-masing lembaran kaca terdapat beberapa lubang. Setiap lubang tersebut memiliki diameter 50 nm, dan di dalamnya dimasukkan nano emas. Kemudian Wang beserta timnya menempatkan lembaran tersebut di dalam sebuah selubung yang berisi gel elektrolit yang mengandung ion perak.
Ketika cahaya mengenai stuktur nano emas, hal ini akan membuat elektron bergelombang kecil yang akan menentukan seberapa banyak cahaya yang dipantulkan, seberapa banyak cahaya yang terserap dan menyebabkan lembaran kaca menjadi berubah warna. Hanya saja robot ini memiliki kekurangan yakni hanya dapat mendeteksi warna dasar seperti merah, hijau, dan biru, karena saat ini kemampuan sensornya masih terbatas dalam mendeteksi warna. Wang mengatakan bahwa seandainya sensor dapat mendeteksi banyak warna, maka timnya akan dapat membuat robot tersebut benar-benar berbaur dengan warna lingkungan di sekitarnya.